Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.0
Harga Komoditas Kompak Turun: CPO 1,2 Persen, Nikel 1,5 Persen
23 Januari 2025 8:56 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Harga komoditas terpantau kompak menurun pada penutupan perdagangan Rabu (22/1). Hal ini seiring dengan kebijakan Presiden AS Donald Trump yang mengumumkan darurat energi dan rencana penetapan tarif.
ADVERTISEMENT
Harga CPO merosot 1,2 persen, nikel sekitar 1,5 persen, harga minyak mentah juga mencapai harga terendah dalam sepekan terakhir. Berikut rangkumannya dari berbagai sumber.
Minyak Mentah
Harga minyak mentah turun pada hari Rabu karena pasar mempertimbangkan bagaimana tarif yang diusulkan Presiden AS Donald Trump dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi global dan permintaan energi.
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah Brent turun 0,4 persen menjadi USD 79,00 per barel, sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS diperdagangkan 0,5 persen lebih rendah menjadi USD 75,44.
Trump mengatakan pemerintahannya sedang membahas penerapan tarif sebesar 10 persen pada barang-barang yang diimpor dari China pada tanggal 1 Februari, hari yang sama ketika ia sebelumnya mengatakan Meksiko dan Kanada dapat menghadapi pungutan sekitar 25 persen.
ADVERTISEMENT
Batu Bara
Sedangkan harga batu bara menurun pada penutupan perdagangan Rabu. Harga batu bara berdasarkan tradingeconomics turun 0,85 persen dan menetap di USD 116.75 per ton.
Harga batu bara Newcastle mendekati level terendah hampir empat tahun, karena melonjaknya produksi mengimbangi permintaan yang kuat dari konsumen bahan bakar fosil teratas dunia. Asosiasi Transportasi dan Distribusi Batu bara China mengumumkan produksi akan meningkat 1,5 persen menjadi 4,82 miliar ton pada tahun 2025 setelah mencatat rekor pada tahun 2024.
Sementara itu, kekhawatiran stimulus dari Beijing tidak akan dapat memicu pertumbuhan membebani konsumsi energi thermal yang mencapai rekor tertinggi pada tahun 2024. Selain itu, permintaan semakin tertekan oleh curah hujan yang melimpah di pusat-pusat manufaktur utama China, yang memungkinkan tenaga hidroelektrik lebih disukai daripada tenaga batu bara.
ADVERTISEMENT
CPO
Harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) merosot pada penutupan perdagangan Rabu. Berdasarkan situs tradingeconomics, harga CPO turun 1,22 persen menjadi MYR 4.208 per ton.
Harga CPO tertekan oleh lemahnya permintaan dari India. Impor minyak kelapa sawit negara itu diperkirakan akan turun ke level terendah hampir lima tahun pada Januari karena minyak nabati pesaing yang lebih murah. Surveyor kargo melaporkan pengiriman minyak kelapa sawit Malaysia selama 1–15 Januari kemungkinan turun 15,5 persen hingga 23,7 persen dari level Desember.
Di Indonesia, produsen utama dunia, pemerintah menghentikan sementara subsidi untuk biodiesel minyak kelapa sawit dan program penanaman kembali di tengah reorganisasi di lembaga dana minyak kelapa sawitnya. Sementara itu, persediaan minyak kelapa sawit Malaysia menyusut untuk bulan ketiga pada bulan Desember, sementara produksi turun 8,3 persen dari bulan sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Nikel
Harga nikel terpantau mengalami penurunan pada penutupan perdagangan Rabu. Harga nikel berdasarkan tradingeconomics turun 1,59 persen menjadi USD 15.790 per ton.
Harga nikel naik dari level terendah dalam empat tahun di USD 15.000 yang dicapai pada tanggal 2 Januari, karena pasar menilai dampak pemotongan produksi terhadap kelebihan pasokan logam yang berkepanjangan. Laporan menunjukkan produsen utama Indonesia sedang mempertimbangkan kebijakan untuk mengurangi kuota penambangan nikel menjadi 150 juta ton tahun ini dari 270 juta ton pada tahun 2024, cukup untuk mengurangi pasokan global hingga 35 persen.
Namun, besarnya rebound yang diredam menunjukkan bahwa pasar memperkirakan pasar nikel akan tetap kelebihan pasokan. Hal ini disebabkan oleh lonjakan proyek peleburan China di Indonesia setelah yang terakhir melarang ekspor bijih nikel pada tahun 2020.
ADVERTISEMENT
Timah
Sementara itu, harga timah terpantau mengalami penurunan pada penutupan perdagangan Selasa (21/1). Berdasarkan situs London Metal Exchange (LME), harga timah melemah 0,52 persen menjadi USD 30.233 per ton.
Menurut tradingeconomics, harga timah dipengaruhi permintaan yang kurang menggembirakan. Perlambatan ekonomi China pada tahun 2024 memperpanjang tingkat pembelian yang diredam setelah agregat yang tertunda dari Asosiasi Timah Internasional menunjukkan permintaan timah merosot hampir 5 persen pada tahun 2023, lebih dari yang diharapkan lembaga tersebut.
Di sisi pasokan, aktivitas yang lebih rendah dari yang diharapkan di tambang timah utama di Negara Bagian Wa Myanmar membuat ketersediaan bijih untuk peleburan China pada tingkat rendah. Ini menantang ekspektasi sebelumnya bahwa produksi timah akan pulih di wilayah tersebut selama paruh akhir tahun 2024, meskipun ada ketidakstabilan politik di Myanmar. Produksi juga lebih rendah di Indonesia karena pembatasan kuota penambangan.
ADVERTISEMENT