Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Harga Komoditas Menguat, Kecuali Minyak Mentah Turun 2 Persen
28 Agustus 2024 8:30 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Harga minyak mentah turun 2 persen pada Selasa (27/8), karena kekhawatiran bahwa pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat di AS dan China dapat mengurangi permintaan energi, terutama setelah harga melonjak selama tiga hari sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah Brent turun 2,3 persen menjadi USD 79,55 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 2,4 persen menjadi USD 75,53 per barel.
Batu Bara
Sedangkan harga batu bara sedikit menguat pada penutupan perdagangan Selasa. Harga batu bara berdasarkan situs tradingeconomics naik 0,21 persen dan menetap di USD 146.00 per ton.
Harga batu bara didorong perkiraan permintaan yang lebih baik. Meskipun kapasitas energi terbarukan meningkat pesat, pertumbuhan permintaan listrik yang signifikan di negara-negara ekonomi utama menunjukkan bahwa konsumsi batu bara global akan tetap relatif stabil tahun ini dan tahun depan, menurut Badan Energi Internasional.
Selain itu, data terbaru menunjukkan bahwa impor batu bara China melalui jalur laut meningkat sebesar 11 persen (yoy) pada periode Januari-Juni 2024, sementara ekspor batu bara Rusia melalui jalur laut menurun sebesar 13 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Angka-angka ini menyoroti pengetatan pasokan batu bara di pasar selama beberapa bulan terakhir.
ADVERTISEMENT
CPO
Harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) juga menguat pada penutupan perdagangan Selasa. Berdasarkan situs tradingeconomics, harga CPO naik 0,51 persen menjadi MYR 3.942 per ton.
Harga CPO terus menguat didorong rencana eksportir utama, Indonesia, untuk menaikkan tarif pencampuran biodiesel karena Presiden terpilih Prabowo Subianto berharap untuk meluncurkan tarif wajib sebesar 50 persen tahun depan. Sementara itu, Asosiasi Penggilingan Minyak Sawit Semenanjung Selatan mengatakan produksi turun sekitar 0,9 persen selama 25 hari di Agustus.
Secara terpisah, kekhawatiran tentang cuaca buruk meningkat setelah Malaysia memperkirakan badai petir dari 26 Agustus hingga 1 September di sembilan dari 16 negara bagiannya. Namun, ekspor yang lemah membatasi dorongan bullish, karena data surveyor kargo mencatat pengiriman produk minyak sawit Malaysia untuk bulan Agustus anjlok antara 14,05 persen hingga 14,9 persen dari periode yang sama di bulan Juli.
ADVERTISEMENT
Nikel
Adapun harga nikel terpantau mengalami kenaikan pada penutupan perdagangan Selasa. Harga nikel berdasarkan situs tradingeconomics melesat 2,36 persen menjadi USD 17.153 per ton.
Harga nikel telah pulih dari level terendah dalam enam bulan, meskipun masih jauh lebih rendah dari puncak yang dicapai pada tahun 2022 dan 2023, karena pesatnya ekspansi industri nikel Indonesia telah menyebabkan kelebihan pasokan sehingga harga turun.
Meskipun ada kenaikan singkat di awal tahun ini karena ketegangan geopolitik dan sanksi, pasar telah mengalami penurunan yang berkelanjutan. Analis memperkirakan tantangan stok nikel primer diperkirakan akan mencapai level tertinggi dalam empat tahun pada tahun 2024, kemungkinan membatasi pemulihan harga yang besar.
Timah
Sementara itu, harga timah juga terpantau mengalami kenaikan pada penutupan perdagangan Selasa. Berdasarkan situs London Metal Exchange (LME), harga timah naik 1 persen menjadi USD 33.244 per ton.
ADVERTISEMENT
Harga timah berjangka mengikuti penurunan tajam untuk logam dasar di tengah meningkatnya kekhawatiran akan rendahnya permintaan di konsumen utama. PMI manufaktur NBS menunjukkan kontraksi ketiga berturut-turut dalam aktivitas pabrik China selama Juli, menggarisbawahi permintaan domestik yang buruk untuk barang-barang industri.
Logam dasar juga tertekan oleh penurunan yang lebih tajam pada aktivitas pabrik AS menurut PMI ISM, yang berkontribusi pada aksi jual luas dalam komoditas terkait industri. Namun, eksportir utama Indonesia tetap khawatir tentang pasokan global yang ketat karena penundaan perizinan berdampak tajam pada pengiriman kuartal pertama, diperbesar oleh kekhawatiran gangguan perizinan di masa mendatang untuk sisa tahun ini.