Harga Komoditas: Minyak Mentah Anjlok 3 Persen, CPO Melesat 2,6 Persen

27 September 2024 8:50 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi minyak mentah. Foto: Anan Kaewkhammul/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi minyak mentah. Foto: Anan Kaewkhammul/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Harga minyak mentah turun hampir 3 persen pada Kamis (26/9), karena laporan bahwa Arab Saudi, pengekspor minyak mentah terbesar dunia, akan melepaskan target harga USD 100 sebagai persiapan untuk meningkatkan produksi, bersama dengan anggota OPEC dan sekutunya pada bulan Desember.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah Brent turun 2,53 persen, menjadi USD 71,60 per barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 2,90 persen menjadi USD 67,67 per barel.
Arab Saudi berencana meninggalkan target harga tidak resminya sebesar USD 100 per barel untuk minyak mentah karena bersiap untuk meningkatkan produksi, Financial Times melaporkan pada hari Kamis, mengutip orang-orang yang mengetahui masalah tersebut.

Batu Bara

Sedangkan harga batu bara menurun pada penutupan perdagangan Kamis. Harga batu bara berdasarkan situs tradingeconmics turun 0,11 persen dan menetap di USD 139.60 per ton.
Harga batu bara Newcastle dipengaruhi harga batu bara di China imbas berkurangnya produksi akibat hujan lebat, peningkatan inspeksi keselamatan di tambang, permintaan konsumen yang lebih tinggi menjelang hari libur nasional dari tanggal 1-7 Oktober, dan pekerjaan pemeliharaan di beberapa jalur kereta api di provinsi Shanxi yang digunakan untuk transportasi batu bara.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, di Rusia, investasi oleh perusahaan batu bara turun sebesar 4,4 persen pada paruh pertama tahun 2024, yang selanjutnya mengurangi produksi batu bara. Di sisi lain, meningkatnya pangsa energi terbarukan di Eropa, dengan bauran energi terbarukan Jerman meningkat menjadi 70 persen dari 61 persen pada minggu sebelumnya, terus memberikan tekanan pada harga batu bara.

CPO

Harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) melesat pada penutupan perdagangan Kamis. Berdasarkan situs tradingeconomics, harga CPO naik 2,67 persen menjadi MYR 4.152 per ton.
Harga CPO naik di tengah menguatnya harga minyak pesaing di pasar Dalian dan CBoT. Ekspektasi kondisi pasar yang bullish pada kuartal IV 2024 memperkuat sentimen, karena perlambatan musiman dan kekurangan tenaga kerja di Malaysia berpotensi mengurangi produksi minyak sawit. Sementara itu, proyeksi permintaan yang kuat dari Uni Eropa karena penerapan aturan deforestasinya semakin dekat.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, dukungan agresif di konsumen utama China, di mana para pembuat kebijakan memberikan inisiatif memulihkan ekonomi. Namun, penguatan ringgit dan penurunan harga minyak mentah membatasi kenaikan. Di India, penyuling membatalkan pembelian 100.000 metrik ton minyak sawit untuk pengiriman Oktober hingga Desember, setelah New Delhi menaikkan bea masuk menjadi 27,5 persen pada pertengahan September.

Nikel

Adapun harga nikel terpantau cenderung stagnan pada penutupan perdagangan Kamis. Harga nikel berdasarkan situs tradingeconomics naik 0,06 persen menjadi USD 16.806 per ton.
Harga nikel berjangka menguat kembali setelah sempat mencapai titik terendah di tengah pasokan yang melimpah. Indonesia, yang kini memproduksi lebih dari setengah nikel dunia, telah meningkatkan produksi secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, yang menyebabkan harga turun dan memaksa penutupan produsen di tempat lain.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kapasitas tambahan sebesar 928.000 ton diharapkan akan beroperasi dalam tiga tahun ke depan, terutama untuk baterai kendaraan listrik (EV). Pemerintah Indonesia mengantisipasi harga nikel akan stabil mendekati level saat ini karena pabrik-pabrik baru menyeimbangkan permintaan yang meningkat dengan pasokan yang kuat.

Timah

Sementara itu, harga timah terakhir terpantau mengalami penurunan pada penutupan perdagangan Rabu (25/9). Berdasarkan situs tradingeconomics, harga timah melemah 1,8 persen menjadi USD 32.102 per ton.
Harga timah mengikuti reli logam dasar utama karena ekspektasi traksi dalam permintaan China memperbesar dampak dari pasokan yang tidak pasti. Dukungan moneter paling agresif dilakukan China karena serangkaian data ekonomi yang lemah dari Agustus menggarisbawahi perlunya lebih banyak stimulus jika ingin mencapai pertumbuhan 5 persen pada tahun 2024, mendukung prospek sektor manufaktur terbesar di dunia.
ADVERTISEMENT
Di sisi pasokan, aktivitas yang lebih rendah dari yang diharapkan di tambang timah utama di Negara Bagian Wa Myanmar membuat ketersediaan bijih untuk peleburan China pada tingkat yang rendah.