Harga Komoditas: Minyak Mentah Anjlok 4 Persen, Timah Naik Tipis

28 Oktober 2024 8:26 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kilang minyak di tengah laut. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kilang minyak di tengah laut. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Harga minyak mentah anjlok pada Senin (28/10) setelah serangan balasan Israel terhadap Iran selama akhir pekan melewati fasilitas minyak dan nuklir di Teheran namun tidak mengganggu pasokan energi, meredakan ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
ADVERTISEMENT
Baik minyak mentah berjangka Brent maupun West Texas Intermediate AS (WTI) mencapai level terendah sejak 1 Oktober saat pembukaan. Hingga pukul 6.30 WIB, Brent berada pada harga USD 72,88 per barel, turun 4,2 persen, sementara WTI turun 4,4 persen, menjadi USD 68,65 per barel.
Sementara itu, harga acuan minyak naik 4 persen pekan lalu dalam perdagangan yang fluktuatif karena pasar memperhitungkan ketidakpastian seputar sejauh mana respons Israel terhadap serangan rudal Iran pada 1 Oktober dan pemilu AS bulan depan.
Batu Bara
Sedangkan harga batu bara melemah pada penutupan perdagangan Jumat (27/10). Harga batu bara berdasarkan bursa ICE Newcastle untuk kontrak Oktober 2024 turun 0,41 persen dan menetap di USD 144.90 per ton.
ADVERTISEMENT
Menurut catatan tradingeconomics, harga batu bara Newcastle menurun dari level tertinggi. Data terbaru menunjukkan produksi batu bara China naik 4,4 persen dari tahun sebelumnya pada September, karena berakhirnya inspeksi keselamatan di tambang-tambang besar memungkinkan produsen untuk meningkatkan kapasitas. Selain itu, curah hujan yang cukup di wilayah Yunnan meningkatkan pembangkitan listrik tenaga air, mengambil bagian yang lebih besar dari pembangkitan utilitas.
Foto udara aktivitas tempat penampungan batu bara di tepi Sungai Batanghari, Muaro Jambi, Jambi, Kamis (20/6/2024). Foto: ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
Namun, permintaan yang kuat untuk tenaga batu bara tahun ini membuat harga berjangka 27 persen lebih tinggi dari titik terendah tahun ini. Pembangkitan listrik termal di China naik hampir 10 persen dari tahun sebelumnya pada September, meskipun ada peningkatan kekhawatiran tentang hambatan ekonomi makro. Permintaan yang lebih besar ditegaskan oleh peningkatan impor sebesar 13 persen selama periode tersebut ke rekor tertinggi sebesar 47,6 ton.
ADVERTISEMENT
CPO
Harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) menurun pada penutupan perdagangan Jumat. Berdasarkan situs tradingeconomics, harga CPO turun 1,5 persen menjadi MYR 4.537 per ton.
Harga CPO mengakhiri kenaikan di tengah laporan India mengurangi pembelian karena meningkatnya premi atas minyak lunak, yang menekan harga. Secara terpisah, dua produsen terbesar dunia, Malaysia dan Indonesia, mengumumkan beberapa perubahan kebijakan yang dapat memengaruhi dinamika pasokan di masa mendatang.
Kebijakan baru Malaysia, yang berlaku efektif 1 November, akan meningkatkan bea ekspor menjadi 10 persen untuk minyak sawit mentah dengan harga di atas MYR 4.050. Sementara itu, Indonesia menegaskan kembali komitmennya untuk meluncurkan B40 pada Januari 2025, dengan rencana lebih lanjut untuk menerapkan B50.
ADVERTISEMENT
Nikel
Adapun harga nikel terpantau mengalami penurunan pada penutupan perdagangan Jumat. Harga nikel berdasarkan situs tradingeconomics turun tipis 0,9 persen menjadi USD 16.143 per ton.
Harga nikel berjangka turun, dengan analis memperkirakan tekanan penurunan yang berkelanjutan karena surplus pasar yang signifikan dan penemuan nikel di prospek Wedei di Papua Nugini. Menurut Kantor Kepala Ekonom Australia (AOCE), pemotongan produksi baru-baru ini gagal mengangkat harga dan memperkirakan permintaan yang lemah akan membuat harga nikel tetap lemah hingga sisa tahun 2024.
Selain itu, meningkatnya persediaan berimbas pada kelebihan pasokan, dengan stok di bursa utama meningkat sebesar 90 persen sejak awal tahun, didorong oleh pertumbuhan produksi di China dan Indonesia yang melampaui permintaan. Sementara itu, Indonesia, produsen nikel terbesar di dunia bertujuan untuk mengelola pasokan dan permintaan bijih nikel untuk mendukung harga.
ADVERTISEMENT
Timah
Sementara itu, harga timah terpantau mengalami kenaikan pada penutupan perdagangan Jumat. Berdasarkan situs London Metal Exchange (LME), harga timah naik tipis 0,6 persen menjadi USD 31.325 per ton.
Menurut tradingeconomics, harga timah dipengaruhi permintaan yang pesimistis dari China mengimbangi kekurangan pasokan dari produsen utama. China mengumumkan dukungan baru untuk pemerintah daerah yang terlilit utang dan krisis pasar perumahan negara itu. Prospek diperbesar oleh pertumbuhan ekspor yang mengecewakan dari China, yang menunjukkan bahwa pabrik-pabrik berjuang untuk menebus permintaan domestik yang rendah dengan penjualan luar negeri, sehingga semakin menekan patokan timah.
Namun, kekhawatiran pasokan tetap ada untuk mempertahankan lonjakan di tahun ini. Aktivitas yang lebih rendah dari yang diharapkan di tambang timah utama di Negara Bagian Wa Myanmar membuat ketersediaan bijih untuk peleburan China tetap rendah. Tingkat aktivitas yang lebih rendah menantang ekspektasi sebelumnya bahwa produksi timah akan pulih di wilayah tersebut selama paruh akhir tahun 2024, meskipun ada ketidakstabilan politik di Myanmar.
ADVERTISEMENT