Harga Komoditas: Minyak Mentah, Batu Bara, dan CPO Anjlok Sekitar 2 Persen

19 Agustus 2024 7:35 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto udara aktivitas tempat penampungan batu bara di tepi Sungai Batanghari, Muaro Jambi, Jambi, Kamis (20/6/2024). Foto: ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
zoom-in-whitePerbesar
Foto udara aktivitas tempat penampungan batu bara di tepi Sungai Batanghari, Muaro Jambi, Jambi, Kamis (20/6/2024). Foto: ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Harga minyak turun hampir 2 persen pada Jumat (16/6), karena investor meredam ekspektasi pertumbuhan permintaan dari importir minyak utama dunia, China.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah Brent turun 1,7 persen, menjadi USD 79,68 per barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 1,9 persen menjadi USD 76,65 per barel.

Batu Bara

Sedangkan harga batu bara merosot pada penutupan perdagangan Jumat. Harga batu bara berdasarkan situs tradingeconomics turun 2,17 persen dan menetap di USD 146.75 per ton.
Harga batu bara berada di atas USD 145 per ton didorong perkiraan permintaan yang lebih baik. Meskipun kapasitas energi terbarukan meningkat pesat, pertumbuhan permintaan listrik yang signifikan di negara-negara ekonomi utama menunjukkan bahwa konsumsi batu bara global akan tetap relatif stabil tahun ini dan tahun depan, menurut Badan Energi Internasional.
Selain itu, data terbaru menunjukkan bahwa impor batu bara China melalui jalur laut meningkat sebesar 11 persen (yoy) pada periode Januari-Juni 2024, sementara ekspor batu bara Rusia melalui jalur laut menurun sebesar 13 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Angka-angka ini menyoroti pengetatan pasokan batu bara di pasar selama beberapa bulan terakhir.
ADVERTISEMENT

CPO

Harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) juga anjlok pada penutupan perdagangan Jumat. Berdasarkan situs tradingeconomics, harga CPO turun 1,97 persen menjadi MYR 3.680 per ton.
Harga CPO terseret oleh meningkatnya kekhawatiran pelemahan ekspor setelah data terbaru dari surveyor kargo mengindikasikan produk minyak sawit Malaysia merosot antara 20,2 persen dan 22,3 persen dari Juli selama 15 hari pertama bulan Agustus. Pemulihan ekonomi di pembeli utama China tidak pasti, yang disorot oleh data aktivitas yang lemah untuk bulan Juli. Namun, penguatan minyak saingan di Bursa Dalian dan ringgit yang lebih lemah membatasi penurunan tersebut.

Nikel

Adapun harga nikel terpantau mengalami sedikit kenaikan pada penutupan perdagangan Jumat. Harga nikel berdasarkan situs tradingeconomics naik 0,33 persen menjadi USD 16.373 per ton.
ADVERTISEMENT
Harga nikel didorong oleh peningkatan signifikan produksi nikel global. Ekspansi pesat industri nikel Indonesia telah membanjiri pasar, menyebabkan harga anjlok dari puncaknya pada tahun 2022 dan 2023. Meskipun sempat naik sementara di awal tahun ini akibat ketegangan geopolitik dan sanksi, harga telah turun sejak saat itu.
Analis memperkirakan kesulitan akan terus berlanjut, memprediksi bahwa stok nikel primer akan mencapai titik tertinggi dalam empat tahun pada tahun 2024, yang dapat menghambat pemulihan harga yang substansial. Sebagai akibat dari harga yang lebih rendah, BHP Group Ltd. telah memilih untuk menghentikan operasi Nickel West dan proyek nikel West Musgrave di Australia Barat.

Timah

Sementara itu, harga timah terpantau mengalami penurunan pada penutupan perdagangan Jumat. Berdasarkan situs tradingeconomics, harga timah sedikit turun 0,2 persen menjadi USD 31.903 per ton.
ADVERTISEMENT
Harga timah berjangka mengikuti penurunan tajam untuk logam dasar di tengah meningkatnya kekhawatiran akan rendahnya permintaan di konsumen utama. PMI manufaktur NBS menunjukkan kontraksi ketiga berturut-turut dalam aktivitas pabrik China selama Juli, menggarisbawahi permintaan domestik yang buruk untuk barang-barang industri.
Logam dasar juga tertekan oleh penurunan yang lebih tajam pada aktivitas pabrik AS menurut PMI ISM, yang berkontribusi pada aksi jual luas dalam komoditas terkait industri. Namun, eksportir utama Indonesia tetap khawatir tentang pasokan global yang ketat karena penundaan perizinan berdampak tajam pada pengiriman kuartal pertama, diperbesar oleh kekhawatiran gangguan perizinan di masa mendatang untuk sisa tahun ini.