Harga Komoditas: Minyak Mentah-Batu Bara Kompak Turun, Nikel & Timah Menguat

9 Juli 2024 8:44 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapal tongkang bermuatan batu bara melintasi perairan Tidore Kepulauan, Maluku Utara, Sabtu (29/4/2023). Foto: ANTARA FOTO/Andri Saputra
zoom-in-whitePerbesar
Kapal tongkang bermuatan batu bara melintasi perairan Tidore Kepulauan, Maluku Utara, Sabtu (29/4/2023). Foto: ANTARA FOTO/Andri Saputra
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Harga minyak mentah turun pada Senin (8/7), karena kilang dan pelabuhan AS di sepanjang Teluk Meksiko ditutup imbas badai Beryl, dan harapan kemungkinan kesepakatan gencatan senjata di Palestina dapat mengurangi kekhawatiran tentang gangguan pasokan minyak mentah global.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, minyak Brent berjangka turun 0,9 persen menjadi USD 85,75 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 1,0 persen menjadi USD 82,33 per barel.
Batu Bara
Sedangkan harga batu bara juga menurun pada penutupan perdagangan Senin. Harga batu bara berdasarkan situs tradingeconomics turun 0,52 persen dan menetap di 135.05 per ton.
Harga batubara Newcastle berjangka sedikit rebound dari posisi terendah dalam dua bulan, menyusul kebakaran bawah tanah di sebuah tambang batubara Australia. Gangguan rantai pasokan lebih lanjut termasuk hujan lebat di Indonesia dan pencurian kereta api di Afrika Selatan.
Sementara itu, India, konsumen batu bara terbesar kedua di dunia, mengalami rekor permintaan listrik tertinggi di wilayah utara akibat gelombang panas yang terus terjadi. Selain itu, AS telah memperluas sanksi terhadap industri batu bara Rusia.
ADVERTISEMENT
CPO
Harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) menurun pada penutupan perdagangan Senin. Berdasarkan situs tradingeconomics, harga CPO turun tipis menjadi MYR 4.090 per ton.
Pekerja mengumpulkan buah kelapa sawit di salah satu tempat pengepul kelapa sawit di Jalan Mahir Mahar, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Selasa (26/4/2022). Foto: Makna Zaezar/Antara Foto
Minyak sawit berjangka Malaysia dibantu oleh menguatnya kontrak minyak sawit di Dalian Exchange karena pasar CBoT ditutup untuk hari libur. Sementara itu, muncul spekulasi bahwa ekspor pada bulan Juli akan pulih seiring dengan meredanya masalah pengiriman. Pada bulan Juni, surveyor kargo AmSpec Agri dan Intertek Testing Services melaporkan pengiriman turun antara 11,8-15,4 persen dari bulan sebelumnya.
India, yang merupakan produsen utama minyak sawit, pemerintah berencana untuk menerapkan program biodiesel minyak sawit B40 pada tahun 2025, di mana impor bulan Juni tumbuh sebesar 3 persen dan mencapai angka tertinggi dalam enam bulan sebesar 788.000 metrik ton, dengan kuatnya permintaan dari penyulingan untuk festival yang akan datang dan karena komoditas tersebut diperdagangkan dengan harga diskon terhadap minyak saingannya.
ADVERTISEMENT
Nikel
Adapun harga nikel terpantau sedikit menguat pada penutupan perdagangan Senin. Harga nikel berdasarkan situs tradingeconomics naik 0,58 persen menjadi USD 17.441 per ton.
Nikel kembali merosot karena dana investasi melikuidasi posisi buy di tengah menguatnya dolar AS dan lemahnya data manufaktur dari China. Terhentinya produksi di Kaledonia Baru, dan potensi penghentian izin di Indonesia, harga Nikel turun tajam.
Para analis memperkirakan tantangan yang sedang berlangsung akibat kelebihan pasokan pasar, memperkirakan total stok nikel primer akan mencapai level tertinggi dalam empat tahun pada tahun 2024, sehingga membatasi pemulihan harga yang signifikan pada Mei lalu menembus USD 21.000 per ton.
Timah
Sementara itu, harga timah juga terpantau mengalami kenaikan pada penutupan perdagangan Senin. Berdasarkan London Metal Exchange (LME), harga timah menguat 1,01 persen menjadi USD 34.218 per ton.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan catatan tradingeconomics, harga timah berjangka mengikuti kenaikan logam dasar utama karena stimulus permintaan di China. Perbedaan antara PMI manufaktur resmi dan PMI manufaktur Caixin di China, konsumen timah terbesar dunia, menggarisbawahi ketergantungan pada pasar ekspor. Hal ini meningkatkan ekspektasi China akan mengumumkan langkah-langkah stimulus yang konkrit untuk meningkatkan permintaan domestik menjelang Sidang Pleno Ketiga pemerintah.
Sementara itu, eksportir utama Indonesia masih tetap khawatir ketatnya pasokan karena penundaan perizinan berdampak besar pada pengiriman pada kuartal pertama, yang diperburuk oleh kekhawatiran gangguan perizinan di sisa tahun ini. Hal ini memperburuk kemunduran produksi sebelumnya, yang utamanya disebabkan oleh gangguan pertambangan di Negara Bagian Wa, Myanmar karena perang yang terjadi di negara tersebut.
ADVERTISEMENT