Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Harga Komoditas: Minyak Mentah Menguat 1,8 Persen, Batu Bara Turun 0,8 Persen
7 Juni 2024 8:00 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, minyak mentah berjangka Brent ditutup naik 1,86 persen menjadi USD 79,87 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 2 persen menjadi USD 75,55 per barel.
Batu Bara
Sedangkan harga batu bara kembali melemah pada penutupan perdagangan Kamis. Menurut situs tradingeconomics, harga batu bara turun 0,80 persen menjadi USD 135.90 per ton.
Batu bara di bursa Newcastle turun di bawah level USD 140 per ton, didorong oleh proyeksi penurunan permintaan batu bara metalurgi di China selama tiga tahun berturut-turut. Penurunan ini disebabkan oleh stagnasi pada sektor properti dan infrastruktur.
CPO
Harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO ) menguat pada penutupan perdagangan Kamis. Menurut situs tradingeconomics, harga CPO naik 1,38 persen menjadi MYR 3.961 per ton.
ADVERTISEMENT
Harga CPO sudah naik sekitar 6,45 persen sejak awal tahun 2024, menurut perdagangan Contract for Difference (CFD) yang melacak pasar acuan komoditas ini.
Nikel
Adapun harga nikel mengalami kenaikan pada penutupan perdagangan Kamis. Harga nikel menurut situs tradingeconomics terpantau naik 1,82 persen dan menetap di USD 18.620 per ton.
Harga nikel dipicu oleh kekhawatiran gangguan pasokan. Kerusuhan meletus di Kaledonia Baru, wilayah luar negeri yang dikuasai Prancis dan menyimpan sekitar 20-30 persen cadangan nikel dunia, sehingga Prancis mengumumkan keadaan darurat minimal 12 hari pada tanggal 15 Mei.
Timah
Sementara itu, harga timah juga mengalami kenaikan pada penutupan perdagangan Kamis. Harga timah menurut situs tradingeconomics terpantau melesat 2,8 persen dan berakhir di USD 32.198 per ton.
ADVERTISEMENT
Harga timah dipengaruhi kuatnya permintaan dan penurunan pasokan. Eksportir terbesar, Indonesia, memicu kekhawatiran akan ketatnya pasokan secara global karena penundaan perizinan berdampak besar pada pengiriman pada kuartal I 2024, yang diperburuk oleh kekhawatiran gangguan perizinan di masa depan pada sisa tahun ini.