Harga Komoditas: Minyak Mentah Naik 1,5 Persen, Batu Bara Anjlok 1,4 Persen

12 Februari 2025 8:41 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah kapal tongkang bermuatan batu bara melintas perairan Sungai Mahakam di Samarinda, Kalimantan Timur, Rabu (6/11/2024). Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah kapal tongkang bermuatan batu bara melintas perairan Sungai Mahakam di Samarinda, Kalimantan Timur, Rabu (6/11/2024). Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Harga komoditas bergerak bervariasi pada penutupan perdagangan Selasa (11/2), di tengah kondisi kelebihan pasokan dan ancaman penetapan tarif impor oleh Presiden AS Donald Trump.
ADVERTISEMENT
Harga batu bara semakin merosot, mencapai terendah dalam lebih dari 4 tahun, sementara minyak mentah melesat sekitar 1,5 persen. Berikut rangkumannya dari berbagai sumber.
Minyak Mentah
Harga minyak mentah naik pada Selasa, karena sanksi meningkatkan kekhawatiran mengenai pasokan minyak Rusia dan Iran serta meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, mengalahkan kekhawatiran bahwa tarif perdagangan akan meningkatkan inflasi dan melemahkan pertumbuhan ekonomi global.
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah Brent naik 1,5 persen menjadi USD 77,00 per barel, sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 1,4 persen menjadi USD 73,32 per barel.
Batu Bara
Sedangkan harga batu bara merosot pada penutupan perdagangan Selasa. Harga batu bara berdasarkan tradingeconomics anjlok 1,49 persen dan menetap di USD 105.65 per ton.
ADVERTISEMENT
Harga batu bara Newcastle semakin jatuh ke USD 105 per ton ke level terendah dalam lebih dari empat tahun, di tengah pasar yang semakin kelebihan pasokan. China mengumumkan bahwa produksinya akan meningkat 1,5 persen menjadi 4,82 miliar ton pada tahun 2025 setelah mencatat rekor pada tahun 2024.
Selain itu, produksi Indonesia naik ke rekor tertinggi 836 juta ton pada tahun 2024, 18 persen di atas targetnya, sementara meningkatnya investasi dalam sumber daya listrik alternatif, termasuk tenaga surya dan biofuel, membatasi prospek permintaan batu bara domestik.
CPO
Harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) menguat pada penutupan perdagangan Senin (10/2). Berdasarkan situs tradingeconomics, harga CPO naik 2 persen menjadi MYR 4.575 per ton.
ADVERTISEMENT
Harga minyak sawit berjangka Malaysia melonjak, didukung oleh rebound yang kuat dalam harga energi global setelah Presiden AS Donald Trump mengenakan tarif besar-besaran pada barang-barang dari Meksiko, Kanada, dan Cina.
Tandan buah segar kelapa sawit. Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
Permintaan diperkirakan akan menguat mulai Maret dan seterusnya, didorong oleh bulan puasa dan Idul Fitri pada bulan April. Namun, keuntungan dibatasi oleh ekspor yang lemah, karena surveyor kargo memperkirakan pengiriman minyak sawit Malaysia pada bulan Januari turun antara 12,3 dan 20,1 persen.
Selain itu, produsen utama Indonesia menurunkan harga referensi minyak sawit mentah untuk Februari menjadi USD 955,44 per metrik ton dari USD 1.059,54 pada bulan Januari. Pajak ekspor untuk bulan Februari juga diturunkan menjadi USD 124 per ton, turun dari USD 178 pada bulan sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Nikel
Harga nikel terpantau mengalami penurunan pada penutupan perdagangan Selasa. Harga nikel berdasarkan tradingeconomics turun 0,74 persen menjadi USD 15.460 per ton.
Harga nikel sedikit rebound karena ekspektasi pembatasan produksi untuk sementara melunakkan pandangan pasar nikel yang semakin kelebihan pasokan. Laporan menunjukkan produsen utama Indonesia sedang mempertimbangkan kebijakan untuk mengurangi kuota penambangan nikel menjadi 150 juta ton tahun ini dari 270 juta ton pada tahun 2024, cukup untuk mengurangi pasokan global sebesar 35 persen.
Namun, pasar memperkirakan nikel akan tetap kelebihan pasokan. Hal ini disebabkan lonjakan proyek peleburan China di Indonesia setelah yang terakhir melarang ekspor bijih nikel pada tahun 2020. Menambah tekanan, teknologi baru yang digunakan oleh produsen baterai China mulai tidak menggunakan nikel, semakin merusak prospek logam tersebut.
ADVERTISEMENT
Timah
Sementara itu, harga timah cenderung stagnan pada penutupan perdagangan Selasa. Berdasarkan situs London Metal Exchange (LME), harga timah naik 0,06 persen menjadi USD 31.164 per ton.
Sejumlah kapal ponton isap melakukan penambangan biji timah ilegal di perairan Teluk Kelabat Dalam, Belinyu, Kabupaten Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, Minggu (26/1/2025). Foto: Nova Wahyudi/ANTARA FOTO
Berdasarkan catatan tradingeconomics, harga timah berjangka berada di atas USD 31.000 per ton, tertinggi dalam tiga bulan, di tengah ancaman pasokan yang tidak pasti. Laporan dari Asosiasi Timah Internasional mengindikasikan bahwa izin ekspor dari Indonesia diperkirakan akan tertunda menyusul jeda birokrasi di Tahun Baru Imlek, memperpanjang tren serupa dari tahun sebelumnya.
Selain itu, laporan mengindikasikan bahwa tambang Man Maw di Myanmar belum dipulihkan di tengah konflik politik di produsen timah utama tersebut. Produksi yang lebih rendah dari Negara Bagian Wa Myanmar dalam beberapa tahun terakhir telah menekan ketersediaan bijih untuk peleburan China, yang terus melaporkan kondisi ketersediaan bahan baku yang ketat pada pergantian tahun. Sementara itu, prospek permintaan manufaktur China tetap beragam.
ADVERTISEMENT