Harga Komoditas: Minyak Mentah Naik 1,5 Persen, Nikel Merosot 1,6 Persen

23 Agustus 2024 8:49 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kilang minyak di tengah laut. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kilang minyak di tengah laut. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Harga minyak mentah naik 1,5 persen pada Kamis (22/8), karena ekspektasi penurunan suku bunga AS dalam beberapa minggu nanti memicu pemulihan setelah empat hari penurunan harga.
ADVERTISEMENT
Dikutip Reuters, harga minyak mentah Brent naik 1,54 persen menjadi USD 77,22 per barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 1,5 persen menjadi USD 73,01 per barel.
Batu Bara
Sedangkan harga batu bara sedikit menguat pada penutupan perdagangan Kamis. Harga batu bara berdasarkan situs tradingeconomics naik 0,58 persen dan menetap di USD 146.75 per ton.
Harga batu bara berada di atas USD 145 per ton didorong perkiraan permintaan yang lebih baik. Meskipun kapasitas energi terbarukan meningkat pesat, pertumbuhan permintaan listrik yang signifikan di negara-negara ekonomi utama menunjukkan bahwa konsumsi batu bara global akan tetap relatif stabil tahun ini dan tahun depan, menurut Badan Energi Internasional.
Selain itu, data terbaru menunjukkan bahwa impor batu bara China melalui jalur laut meningkat sebesar 11 persen (yoy) pada periode Januari-Juni 2024, sementara ekspor batu bara Rusia melalui jalur laut menurun sebesar 13 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Angka-angka ini menyoroti pengetatan pasokan batu bara di pasar selama beberapa bulan terakhir.
ADVERTISEMENT
CPO
Harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) menguat pada penutupan perdagangan Kamis. Berdasarkan situs tradingeconomics, harga CPO naik 1,92 persen menjadi MYR 3.826 per ton.
Harga minyak sawit berjangka Malaysia di atas MYR 3.800 per ton di tengah pelemahan ringgit dan kenaikan kontrak minyak sawit di Bursa Dalian. Harga terangkat oleh minat pembeli utama India saat musim perayaan antara September dan November. Stok minyak sawit Malaysia pada akhir Juli berada di angka 1,73 juta metrik ton, terendah sejak Maret. Produsen terbesar dunia, Indonesia, tengah mempersiapkan penggunaan biodiesel B40 berbasis minyak sawit secara luas pada tahun 2025.
Nikel
Adapun harga nikel terpantau mengalami penurunan pada penutupan perdagangan Kamis. Harga nikel berdasarkan situs tradingeconomics merosot 1,62 persen menjadi USD 16.586 per ton.
Ilustrasi Nikel. Foto: tunasalmon/Shutterstock
Harga nikel didorong oleh peningkatan signifikan produksi nikel global. Ekspansi pesat industri nikel Indonesia telah membanjiri pasar, menyebabkan harga anjlok dari puncaknya pada tahun 2022 dan 2023. Meskipun sempat naik sementara di awal tahun ini akibat ketegangan geopolitik dan sanksi, harga telah turun sejak saat itu.
ADVERTISEMENT
Analis memperkirakan kesulitan akan terus berlanjut, memprediksi bahwa stok nikel primer akan mencapai titik tertinggi dalam empat tahun pada tahun 2024, yang dapat menghambat pemulihan harga yang substansial. Sebagai akibat dari harga yang lebih rendah, BHP Group Ltd. telah memilih untuk menghentikan operasi Nickel West dan proyek nikel West Musgrave di Australia Barat.
Timah
Sementara itu, harga timah juga terpantau mengalami penurunan pada penutupan perdagangan Kamis. Berdasarkan situs London Metal Exchange (LME), harga timah melemah 1,15 persen menjadi USD 32.316 per ton.
Harga timah berjangka mengikuti penurunan tajam untuk logam dasar di tengah meningkatnya kekhawatiran akan rendahnya permintaan di konsumen utama. PMI manufaktur NBS menunjukkan kontraksi ketiga berturut-turut dalam aktivitas pabrik China selama Juli, menggarisbawahi permintaan domestik yang buruk untuk barang-barang industri.
ADVERTISEMENT
Logam dasar juga tertekan oleh penurunan yang lebih tajam pada aktivitas pabrik AS menurut PMI ISM, yang berkontribusi pada aksi jual luas dalam komoditas terkait industri. Namun, eksportir utama Indonesia tetap khawatir tentang pasokan global yang ketat karena penundaan perizinan berdampak tajam pada pengiriman kuartal pertama, diperbesar oleh kekhawatiran gangguan perizinan di masa mendatang untuk sisa tahun ini.