Harga Komoditas: Minyak Mentah Naik Tipis, Nikel & Timah Turun

12 Juli 2024 8:28 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Tambang Nikel Indonesia Foto: Masmikha/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Tambang Nikel Indonesia Foto: Masmikha/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Harga minyak mentah naik pada Kamis (11/7), karena meningkatnya harapan untuk penurunan suku bunga AS setelah data menunjukkan perlambatan inflasi yang tidak terduga.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, minyak mentah berjangka Brent naik 0,4 persen menjadi USD 85,40 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 0,6 persen menjadi USD 82,62 per barel.
Batu Bara
Sedangkan harga batu bara naik tipis pada penutupan perdagangan Kamis. Harga batu bara berdasarkan situs tradingeconomics naik 0,93 persen dan menetap di USD 133.75 per ton.
Harga batu bara Newcastle berjangka sedikit rebound dari posisi terendah dalam dua bulan, menyusul kebakaran bawah tanah di sebuah tambang batubara Australia. Gangguan rantai pasokan lebih lanjut termasuk hujan lebat di Indonesia dan pencurian kereta api di Afrika Selatan.
Sementara itu, India, konsumen batu bara terbesar kedua di dunia, mengalami rekor permintaan listrik tertinggi di wilayah utara akibat gelombang panas yang terus terjadi. Selain itu, AS telah memperluas sanksi terhadap industri batu bara Rusia.
ADVERTISEMENT
CPO
Harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) juga menguat pada penutupan perdagangan Kamis. Berdasarkan situs tradingeconomics, harga CPO sedikit naik 0,43 persen menjadi MYR 3.935 per ton.
Minyak sawit berjangka Malaysia anjlok menjadi kisaran MYR 3.900 per ton, di tengah melemahnya minyak kedelai saingannya di pasar CBoT setelah hasil panen kedelai AS yang lebih baik dari perkiraan. Sementara itu, kehati-hatian meningkat menjelang data ekspor dan produksi bulanan pada akhir pekan ini.
Angka dari surveyor kargo mencatat ekspor merosot antara 11,8 hingga 15,4 persen pada bulan lalu karena beberapa masalah pengiriman. Selain itu, perkiraan pembelian minyak sawit India pada Juli dapat meningkat menjadi 850.000 metrik ton menjelang hari raya mendatang. Pada bulan Juni, pembelian dari impor minyak sawit terbesar di dunia naik 3 persen sebesar 788.000 ton.
ADVERTISEMENT
Nikel
Adapun harga nikel terpantau melemah pada penutupan perdagangan Kamis. Harga nikel berdasarkan situs tradingeconomics turun 0,14 persen menjadi USD 16.868 per ton.
Nikel kembali merosot karena dana investasi melikuidasi posisi buy di tengah menguatnya dolar AS dan lemahnya data manufaktur dari China. Terhentinya produksi di Kaledonia Baru, dan potensi penghentian izin di Indonesia, harga Nikel turun tajam.
Para analis memperkirakan tantangan yang sedang berlangsung akibat kelebihan pasokan pasar, memperkirakan total stok nikel primer akan mencapai level tertinggi dalam empat tahun pada tahun 2024, sehingga membatasi pemulihan harga yang signifikan pada Mei lalu menembus USD 21.000 per ton.
Timah
Sementara itu, harga timah juga terpantau mengalami penurunan pada penutupan perdagangan Kamis. Berdasarkan London Metal Exchange (LME), harga timah turun 0,97 persen menjadi USD 34.666 per ton.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan catatan tradingeconomics, harga timah berjangka mengikuti kenaikan logam dasar utama karena stimulus permintaan di China. Perbedaan antara PMI manufaktur resmi dan PMI manufaktur Caixin di China, konsumen timah terbesar dunia, menggarisbawahi ketergantungan pada pasar ekspor. Hal ini meningkatkan ekspektasi China akan mengumumkan langkah-langkah stimulus yang konkrit untuk meningkatkan permintaan domestik menjelang Sidang Pleno Ketiga pemerintah.
Sementara itu, eksportir utama Indonesia masih tetap khawatir ketatnya pasokan karena penundaan perizinan berdampak besar pada pengiriman pada kuartal pertama, yang diperburuk oleh kekhawatiran gangguan perizinan di sisa tahun ini. Hal ini memperburuk kemunduran produksi sebelumnya, yang utamanya disebabkan oleh gangguan pertambangan di Negara Bagian Wa, Myanmar karena perang yang terjadi di negara tersebut.
ADVERTISEMENT