Harga Komoditas: Nikel Masih Tertekan Oversupply, Minyak Naik hingga 2%

19 Januari 2024 8:19 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tambang nikel. Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tambang nikel. Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Harga beberapa komoditas ditutup beragam pada perdagangan hari Kamis (18/1) lalu. Batu bara ditutup naik, dipengaruhi oleh peningkatan permintaan dari produsen utama komoditas ini, Jepang dan Korea Selatan.
ADVERTISEMENT
Sementara harga nikel masih tertahan dengan faktor oversupply pada negara-negara produsen seperti Indonesia. Berikut rinciannya:

Minyak Mentah

Harga minyak mentah dunia berakhir lebih tinggi pada hari Kamis (18/1) setelah Badan Energi Internasional (IEA) bergabung dengan kelompok produsen OPEC memperkirakan pertumbuhan kuat dalam permintaan minyak global. Di lain sisi, pedagang minyak juga mengkhawatirkan risiko geopolitik di Timur Tengah.
Dikutip dari Reuters, minyak mentah berjangka Brent naik USD 1,22, atau 1,6 persen menjadi USD 79,10 per barel, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik USD 1,52, atau 2 persen ke USD 74,08.

Batu Bara

Ilustrasi tambang batu bara. Foto: Shutterstock
Harga batu bara terpantau turun pada penutupan perdagangan Kamis (18/1). Berdasarkan bursa ICE Newcastle, harga batu bara untuk kontrak Februari 2024 turun 0,28 persen menjadi USD 126,10 per ton.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari trading economics, harga batu bara berjangka tetap mendekati angka USD 145 per ton pada bulan Januari 2024, memperpanjang momentum stabilitas relatifnya sejak mengalami penurunan hampir 70 persen dalam dua kuartal pertama tahun 2023 di tengah tingkat permintaan yang berbeda dari konsumen utama.
Sedangkan saat ini, Jepang dan Korea Selatan sebagai konsumen utama batu bara kualitas tinggi dalam indeks Newcastle di luar Australia, meningkatkan aktivitas pembelian mereka menjelang akhir tahun.

CPO

Harga minyak sawit (crude palm oil/CPO) terpantau turun. Dikutip dari Bursa Malaysia, harga CPO untuk kontrak Maret 2024 turun 0,3 persen menjadi MYR 3.902 per ton.

Nikel

Harga nikel terpantau naik pada penutupan perdagangan Kamis (18/1). Harga nikel berdasarkan London Metal Exchange (LME) ditutup naik 0,47 persen menjadi USD 16.156 per ton.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari trading economics, nikel berjangka turun di bawah USD 16.000 per ton, mendekati level terendah dalam tiga tahun terakhir yang tercatat pada tanggal 4 Januari.
Terkoreksinya harga nikel karena prospek logam tersebut memburuk setelah investor mengurangi spekulasi penurunan suku bunga sebelumnya oleh bank-bank besar.
Komoditas ini juga terkena dampak kenaikan persediaan LME menjadi sekitar 69.000 ton pada pertengahan Januari dan lemahnya pemulihan konsumen utama Tiongkok. Selain itu, kuatnya pasokan dari produsen dunia, Indonesia, Filipina, dan Tiongkok mendukung tren penurunan ini.

Timah

Suasana Unit Metalurgi Muntok, smelter pengolahan timah PT Timah Tbk. Foto: Muhammad Darisman/kumparan
Harga timah juga terpantau naik pada penutupan perdagangan Kamis (18/1). Harga timah berdasarkan situs LME ditutup naik 0,48 persen menjadi USD 25.357 per ton.
Trading economics mencatat, harga timah mulai merangkak naik setelah berada di level terendah satu bulan di USD 24.430 pada 10 Januari 2024 lalu. Harga timah saat ini dipengaruhi oleh negara bagian Wa di Myanmar mengizinkan dimulainya kembali sebagian aktivitas penambangan di wilayah tersebut menyusul larangan yang disahkan pada bulan Agustus 2023 lalu.
ADVERTISEMENT
Meskipun penambangan timah tidak dimasukkan dalam keputusan pembukaan kembali tersebut, langkah-langkah menuju normalisasi mendorong pasar untuk mengharapkan penambangan timah dilanjutkan setelah tahun baru Imlek.
Wilayah ini menyumbang 70 persen produksi dari Myanmar, produsen terbesar ke-3 di dunia, dan pemasok utama bagi konsumen utama Tiongkok. Selama periode tidak ada produksi timah di Negara Bagian Wa, Tiongkok terpaksa mencari pasokan timah dari sumber alternatif, sehingga mendorong impor dari Republik Demokratik Kongo melonjak sebesar 24 persen pada tiga kuartal pertama tahun lalu, dan meningkatkan persaingan pembelian di negara-negara lain. tolok ukur global.