Harga Komoditas: Timah Naik 1,5 Persen, Batu Bara Turun 1,21 Persen

23 April 2025 8:50 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi timah. Foto: PT Timah
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi timah. Foto: PT Timah
ADVERTISEMENT
Harga komoditas cenderung meningkat pada penutupan perdagangan Selasa (22/4), kecuali harga batu bara yang melemah di atas 1 persen.
ADVERTISEMENT
Ketegangan perang tarif Amerika Serikat (AS) masih mendorong kenaikan harga komoditas, misalnya CPO dan timah menguat masing-masing sebesar 1,5 persen. Berikut rangkumannya dari berbagai sumber.

Minyak Mentah

Harga minyak mentah naik pada Selasa, karena sanksi baru AS terhadap Iran dan meningkatnya pasar ekuitas membantu memicu reli pemulihan dari aksi jual tajam sesi sebelumnya.
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah Brent naik 1,8 persen ditutup pada USD 67,44 per barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate AS untuk Mei, yang berakhir pada penutupan hari Selasa, naik 2 persen pada USD 64,32 per barel.
AS mengeluarkan sanksi baru yang menargetkan raja pengiriman gas minyak cair dan minyak mentah Iran serta jaringan perusahaannya. Sementara pasar saham mengalami aksi jual tajam akibat kritik Presiden AS Donald Trump terhadap Ketua Federal Reserve Jerome Powell.
ADVERTISEMENT

Batu Bara

Sedangkan harga batu bara menurun pada penutupan perdagangan Selasa. Berdasarkan situs tradingeconomics, harga batu bara turun 1,21 persen menjadi USD 93.90 per ton.
Harga batu bara Newcastle masih lesu di bawah USD 97 per ton pada April, turun lebih dari 20 persen tahun ini ke level terendah dalam hampir empat tahun, di tengah pasokan yang terus melimpah di antara produsen-produsen utama dunia.
Data dari Indonesia menunjukkan produksi mencapai rekor 836 juta ton tahun lalu, melampaui target awalnya sebesar 18 persen. Selain itu, China berencana untuk meningkatkan produksi sebesar 1,5 persen menjadi 4,82 miliar ton tahun ini setelah jumlah produksi yang memecahkan rekor pada tahun 2024.

CPO

Harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) menguat pada penutupan perdagangan Selasa. Harga CPO berdasarkan tradingeconomics naik 1,43 persen menjadi MYR 3.967 per ton.
ADVERTISEMENT
Kenaikan harga CPO berjangka Malaysia didukung oleh aktivitas perburuan harga murah dan estimasi ekspor yang kuat. Surveyor kargo mencatat pengiriman CPO Malaysia hingga 20 April naik antara 11,9 persen dan 18,5 persen dari periode yang sama di bulan Maret. Sementara itu, ketegangan perdagangan dengan AS medorong China mengurangi impor kedelai AS, berpotensi meningkatkan permintaan CPO sebagai alternatif.
Produsen utama Indonesia, ekspor CPO dan olahan turun hampir 2 persen (mtm) pada Maret, karena peningkatan konsumsi domestik selama bulan puasa. Di India, data industri menunjukkan konsumsi minyak nabati tahunan sebesar 25–26 juta ton, dengan hanya 11 juta yang diproduksi secara lokal.

Nikel

Harga nikel terpantau mengalami kenaikan pada penutupan perdagangan Selasa. Harga nikel berdasarkan tradingeconomics naik tipis 0,83 persen menjadi USD 15.765 per ton.
ADVERTISEMENT
Harga nikel berjangka merangkak naik, bangkit dari level terendah lebih dari empat tahun di USD 14.150 pada 8 April, karena pasar menilai kembali permintaan manufaktur global. Trump telah mengumumkan tarif agresif terhadap mitra dagang utama untuk memerangi defisit perdagangannya, yang memicu aksi jual logam dasar, hanya untuk berbalik arah setelah AS menunda sebagian besar pungutan tersebut.
Sementara itu, ekspektasi penurunan produksi dari Indonesia melunakkan kekhawatiran kelebihan pasokan yang telah menekan harga sejak awal tahun. Pemerintah mempertimbangkan untuk mengurangi kuota pertambangan sebesar 120 juta ton tahun ini setelah larangan ekspor bijih nikel pada tahun 2020 mendorong China untuk membuka lebih dari 40 smelter di Indonesia.

Timah

Sementara itu, harga timah juga mengalami kenaikan pada penutupan perdagangan Selasa. Harga timah berdasarkan situs London Metal Exchange (LME) naik 1,58 persen dan menetap di USD 31.128 per ton.
ADVERTISEMENT
Harga timah berjangka sempat anjlok di bawah USD 30.000, mengikuti penurunan tajam pada logam dasar karena eskalasi perang dagang antara AS dan China menghambat prospek permintaan manufaktur. Pergerakan tersebut mendorong pasar untuk menjual logam dasar karena risiko terhadap konsumsi China.
Namun, kekhawatiran pasokan yang masih ada membatasi penurunan harga yang lebih tajam. Gempa bumi di Myanmar membahayakan pembukaan kembali tambang Man Maw yang dipulihkan untuk memasok peleburan China. Selain itu, kelompok militan pemberontak di DR Kongo memajukan wilayah mereka dan mendorong Alphamin Resources untuk mengevakuasi tambangnya di wilayah tersebut, salah satu tambang timah terbesar di dunia.