Harga Meroket, Bawang Merah Alami Inflasi Tertinggi Sejak Januari 2021

2 Mei 2024 12:42 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bawang merah yang dijual di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Selasa (26/12/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Bawang merah yang dijual di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Selasa (26/12/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan harga bawang merah yang meroket pada April 2024 menyebabkan inflasi komoditas ini mencapai rekor tertinggi sejak Januari 2021.
ADVERTISEMENT
BPS melaporkan indeks harga konsumen (IHK) di April 2024 menunjukkan inflasi sebesar 0,25 persen dibandingkan bulan sebelumnya atau month to month (mtm). Sementara secara tahunan atau year on year (yoy), menunjukkan inflasi hingga 3 persen.
Namun, inflasi April 2024 yang bertepatan pada momen Lebaran ini masih lebih rendah dari inflasi Maret 2024 yang bertepatan dengan awal Ramadan, dan lebih rendah jika dibandingkan inflasi pada momen Lebaran di 3 tahun sebelumnya yaitu pada April 2023, Mei 2022, dan Mei 2021.
Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, mengatakan kelompok makanan, minuman, dan tembakau berhasil meredam laju inflasi pada April 2024 dengan sumbangan deflasi 0,01 persen.
Meskipun terjadi deflasi, lanjut dia, masih ada beberapa komoditas pangan yang mengalami inflasi pada April 2024. Dari 10 komoditas yang memberikan andil inflasi tertinggi, 6 di antaranya adalah komoditas pangan.
ADVERTISEMENT
"Bawang merah adalah komoditas yang memberikan andil inflasi tertinggi dengan inflasi 30,75 persen, bawang merah memberikan andil inflasi sebesar 0,14 persen," tutur Amalia saat konferensi pers di kantor BPS, Kamis (2/5).
Amalia menjelaskan, meroketnya harga bawang merah terjadi karena menurunnya pasokan di beberapa wilayah. "Inflasi ini adalah yang tertinggi selama periode Januari 2021 sampai April 2024 untuk bawang merah," ungkapnya.
Seretnya pasokan bawang merah sejalan dengan laporan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), bahwa curah hujan pada Maret 2024 sangat tinggi terjadi di wilayah Jawa Tengah bagian utara alias Pantura
"Kenaikan harga disebabkan karena terganggunya produksi di wilayah sentra produksi karena banjir di sepanjang wilayah Pantura seperti Brebes, Cirebon, Kendal, Demak, Grobogan, Pati, dan lain-lain," jelas Amalia.
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Jumat (15/3). Foto: Dok. Plt. Kepala BPS
Selain bawang merah, komoditas pangan lain yang inflasi yakni tomat setelah sebelumnya mengalami deflasi 2 bulan berturut-turut. Kemudian bawang putih, meskipun tekanan inflasinya sudah melantai seiring dengan realisasi impor yang meningkat pada Maret 2024.
ADVERTISEMENT
"Tekanan inflasi ayam ras juga berkurang sejalan dengan peningkatan produksi dan juga produksi jagung pipilan kering pada Maret dan April 2024," tuturnya.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan atau Zulhas menjelaskan alasan kenaikan harga bawang merah adalah cuaca yang menyebabkan banjir di sentra produksi. Dia memastikan harga bawang merah minggu depan sudah mulai turun.
"Bawang kan banjir kemarin sebentar itu insidentil ya, untuk minggu depan juga mudah-mudahan sudah turun. Kalau lagi banjir kan ya sudah tapi paling seminggu lagi sudah normal," kata Zulhas saat halal bi halal di kantor Kemendag, Kamis (25/4).
Zulhas menegaskan pemerintah tidak mempertimbangkan opsi impor bawang merah untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri, berbeda dengan bawang putih yang bergantung kepada impor.
ADVERTISEMENT
"Bawang merah enggak, enggak ada impor, enggak ada, enggak bisa, enggak boleh. Jadi tidak ada impor bawang merah, tidak ada," tegas Zulhas.