Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Harga Minyak Anjlok, Utang Raksasa Migas BP Melonjak USD 4 Miliar
12 April 2025 16:28 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Perusahaan raksasa migas asal Inggris, BP Plc, kembali menghadapi tekanan berat. Pada kuartal I 2025, utang bersih BP melonjak sekitar USD 4 miliar dibanding kuartal sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Kenaikan ini disebut akibat meningkatnya kebutuhan modal kerja, di tengah produksi migas yang melemah dan performa perdagangan gas yang lesu.
Mengutip Bloomberg, baru beberapa bulan lalu, BP mengumumkan rencana untuk kembali fokus pada bisnis minyak dan gas. Langkah ini diambil usai tekanan dari investor aktivis, Elliott Investment Management, yang mendorong perusahaan memangkas investasi di energi bersih.
Namun, strategi balik arah itu kini menghadapi tantangan baru. Harga minyak global anjlok setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif dagang baru dan OPEC+ memutuskan menambah pasokan.
Dampaknya, saham BP tertekan dan menjadi yang paling buruk performanya di antara para pesaing seperti Shell, TotalEnergies, hingga ExxonMobil.
Posisi utang BP saat ini juga cukup tinggi dibanding kompetitornya. Di akhir 2024, total utang bersih mencapai USD 23 miliar. Analis dari TD Cowen, Jason Gabelman, bahkan menyebut BP berpotensi besar memangkas program buyback saham karena tekanan utang dan ketergantungan pada divestasi aset.
ADVERTISEMENT
“BP jadi perusahaan yang paling berisiko memangkas buyback karena utangnya tinggi dan terlalu bergantung pada penjualan aset,” kata Jason Gabelman, Analis TD Cowen.
Dari sisi operasional, BP mencatat volume produksi minyak sedikit meningkat. Namun produksi gas dan energi rendah karbon justru turun. Unit trading yang biasanya bisa menyelamatkan kinerja perusahaan juga tak banyak membantu. Kontribusi dari perdagangan gas dinilai "lemah", sementara untuk minyak hanya "rata-rata".
Saham BP sempat turun hingga 3,5 persen pada Jumat (12/4), sebelum akhirnya sedikit membaik menjadi minus 2,3 persen.
Dalam pernyataan resminya, BP menyebut lonjakan modal kerja ini kemungkinan bersifat musiman, salah satunya karena pembayaran bonus tahunan dan penyesuaian inventaris.
Langkah strategis BP sebelumnya mencakup penjualan aset senilai USD 20 miliar hingga 2027 untuk memperbaiki neraca keuangan. Namun sejak awal tahun, investor mulai meragukan keefektifan strategi itu.
ADVERTISEMENT
Tekanan juga terjadi di level manajemen. Sepekan lalu, BP mengumumkan bahwa Chairman Helge Lund akan mundur, menyusul laporan Bloomberg bahwa Elliott sudah menguasai 5 persen saham perusahaan untuk mendorong perubahan besar.
BP dijadwalkan merilis laporan keuangan kuartal I pada 29 April. Empat hari sebelumnya, pesaingnya Shell sudah lebih dulu memberikan sinyal kinerja solid untuk segmen perdagangan minyak, meski bisnis gas masih stagnan.
Sementara itu, penurunan produksi gas BP juga dipengaruhi oleh penjualan aset mereka di Mesir dan Trinidad yang rampung akhir tahun lalu.