Harga Minyak Diprediksi Masih Akan Panas Usai OPEC+ Pangkas Pasokan

1 April 2024 9:40 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja Pertamina Hulu Mahakam menuruni tangga di anjungan lepas pantai lapangan Bekapai, Kalimantan Timur, Rabu (27/3/2024). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja Pertamina Hulu Mahakam menuruni tangga di anjungan lepas pantai lapangan Bekapai, Kalimantan Timur, Rabu (27/3/2024). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Harga minyak turun tipis pada perdagangan pada Senin (1/4). Hal ini seakan mempertahankan sebagian besar kenaikan baru-baru ini di tengah ekspektasi pasokan yang lebih ketat dari pemotongan OPEC+.
ADVERTISEMENT
Mengutip Reuters, minyak mentah Brent turun 17 sen, atau 0,2 persen, menjadi USD 86,83 per barel pada 0017 GMT setelah naik 2,4 persen minggu lalu. Lalu minyak mentah Amerika Serikat (AS) West Texas Intermediate (WTI) berada di USD 83,06 per barel, turun 11 sen, atau 0,1 persen, menyusul kenaikan 3,2 persen minggu lalu.
Dari sisi volume, perdagangan diperkirakan akan tipis pada hari ini, lantaran beberapa negara tutup untuk libur Paskah.
Adapun harga minyak acuan berakhir lebih tinggi selama tiga bulan berturut-turut, dengan Brent bertahan di atas USD 85 per barel sejak pertengahan Maret. Didorong oleh OPEC+ berkomitmen untuk memperpanjang pengurangan produksi hingga akhir Juni. Hal ini dapat memperketat pasokan minyak mentah selama musim panas di belahan bumi utara.
ADVERTISEMENT
Pada Jumat lalu, Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan perusahaan minyaknya akan fokus pada pengurangan produksi daripada ekspor pada kuartal kedua untuk membagi pengurangan produksi secara merata dengan negara-negara anggota OPEC+ lainnya.
Logo Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) di Aljir, Aljazair Foto: Ramzi Boudina/REUTERS
Rusia juga mendapatkan serangan drone yang melumpuhkan beberapa kilang Rusia, menyebabkan hampir 1 juta barel per hari kapasitas pemrosesan minyak mentah Rusia tidak berfungsi. Sehingga diperkirakan akan mengurangi volume ekspor negara ini.
“Risiko geopolitik terhadap pasokan minyak mentah dan bahan baku yang banyak menambah kuatnya fundamental permintaan pada kuartal kedua 2024,” kata analis Energy Aspects dalam sebuah catatan dikutip dari Reuters.
Di Eropa, analis Goldman Sachs menuturkan, permintaan minyak lebih kuat dari perkiraan, naik 100.000 barel per hari pada bulan Februari, dibandingkan perkiraan kontraksi sebesar 200.000 barel per hari pada tahun 2024.
ADVERTISEMENT
Analis Goldman Sachs melihat, permintaan Eropa yang kuat, lemahnya pertumbuhan pasokan AS, ditambah dengan kemungkinan perpanjangan pengurangan produksi OPEC+ hingga tahun 2024, lebih besar daripada risiko penurunan dari terus melemahnya permintaan Tiongkok.
Pekerja Pertamina Hulu Mahakam melihat proses pengerjaan proyek Bekapai Artificial Lift di anjungan lepas pantai lapangan Bekapai, Kalimantan Timur, Rabu (27/3/2024). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
“Kami melihat risiko terhadap perkiraan kami bahwa Brent akan rata-rata USD 83/bbl pada kuartal keempat 2024 karena sedikit condong ke arah positif,” katanya.
Meski demikian, pada Maret 2024, untuk pertama kalinya geliat manufaktur Tiongkok mulai terlihat selama enam bulan terakhir.
Menurut survei pabrik resmi pada Minggu (31/3), aktivitas manufaktur ini mendukung permintaan minyak di negara importir minyak mentah terbesar di dunia tersebut, bahkan ketika krisis di sektor properti masih menjadi hambatan bagi perekonomian.
Selain itu, investor juga mengamati data ekonomi AS untuk mencari tanda-tanda kapan Federal Reserve akan menurunkan suku bunga tahun ini yang akan mendukung perekonomian global dan permintaan minyak.
ADVERTISEMENT