Harga Minyak Dunia Bakalan Turun, Bisa Turunkan Harga BBM?

18 September 2022 9:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kuningan, Jakarta, Selasa (6/9/2022).  Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kuningan, Jakarta, Selasa (6/9/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bank Dunia memproyeksikan harga minyak mentah Brent bisa anjlok menjadi USD 52 per barel, apabila pertumbuhan ekonomi global mengalami skenario terburuk yakni resesi di tahun 2023.
ADVERTISEMENT
Anjloknya harga Brent akan memengaruhi jatuhnya Indonesia Crude Price (ICP), yang menjadi patokan harga BBM di dalam negeri. Adapun pemerintah telah memberikan sinyal jika harga Pertalite dan Pertamax bisa turun mengikuti tren harga minyak global.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Abra Talattov menilai keputusan penurunan harga BBM, terutama yang bersubsidi, di tengah anjloknya harga minyak dunia belum tentu terjadi. Hal ini lantaran tergantung kesediaan pemerintah.
Abra mengatakan, jatuhnya harga minyak dunia tahun depan memang bisa menciptakan peluang biaya produksi dan impor BBM Indonesia akan menurun. Hal ini pun membuat harga keekonomian BBM akan turun, sehingga tekanan APBN untuk subsidi dan kompensasi BBM juga melemah.
Infografik Daftar Harga BBM di SPBU Pertamina Foto: kumparan
"Sebetulnya belum tentu minyak turun, harga jual BBM juga turun. Tergantung pilihan pemerintah apakah akan menurunkan sehingga daya beli meningkat, atau meski harga minyak turun, tekanan subsidi turun, tapi ada pertimbangan lain," katanya kepada kumparan, Sabtu (17/9).
ADVERTISEMENT
Abra memperkirakan nilai tukar atau kurs rupiah terhadap dolar AS masih lemah di tahun 2023. Abra berkata, Bank Indonesia (BI) bahkan menetapkan range kurs rupiah di Rp 14.800-15.200 per dolar AS di tahun 2023.
"Ada potensi nilai tukar di atas Rp 15.000. Kalau nilai tukar melemah, artinya kebutuhan biaya impor juga tinggi. Meskipun harga minyak turun tapi kursnya lemah, biayanya tetap tinggi secara neto," imbuhnya.
Abra juga menyebutkan adanya peluang jika penurunan harga keekonomian BBM masih akan lebih tinggi dari harga jual BBM saat ini, sehingga pemerintah tidak akan otomatis menurunkan harga di tahun depan.
Meski begitu, kata dia, masyarakat tentu berekspektasi tinggi bahwa harga BBM akan turun mengikuti tren harga minyak dunia, karena beban biaya produksi dan impor pemerintah masih ada kemungkinan menurun.
ADVERTISEMENT
"Jadi ini pertaruhan atau pembuktian, apakah pemerintah konsisten kebijakan penyesuaian harga mengikuti mekanisme pasar, ketika harga minyak naik harga jual naik, tapi ketika ketika turun apakah pemerintah konsisten turunkan harga itu," tutur Abra.
Pengisian BBM di SPBU Pertamina. Foto: Pertamina

Pertamax Bisa Turun Jadi Rp 8.700 per Liter

Abra Talattov menjelaskan peluang harga BBM nonsubsidi, seperti Pertamax, yang harganya dilepas mengikuti harga minyak dunia bisa alami penurunan.
Meski begitu, penyesuaian harga BBM di dalam negeri harus mempertimbangkan faktor lain, tidak hanya mengikuti tren penurunan harga minyak dunia. Faktor yang tidak kalah penting adalah nilai tukar atau kurs rupiah terhadap dolar.
Jika ramalan Bank Dunia terbukti, artinya ada potensi harga Pertamax turun dari saat ini Rp 14.500 menjadi Rp 8.700 per liter.
ADVERTISEMENT