Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Indonesia sebagai salah satu importir minyak terbesar di Asia setelah China dan India harusnya bisa memanfaatkan momentum ini dengan melakukan pembelian besar-besaran, mumpung harga lagi murah. Tapi sayangnya Indonesia tak bisa memborong minyak.
Penyebabnya, Indonesia tak punya tangki penyimpanan yang cukup besar. Berbeda dengan Amerika Serikat (AS) yang punya tangki penyimpanan untuk kebutuhan minyak hingga 6 bulan, Indonesia hanya bisa menyimpan untuk kebutuhan 14 hari.
"Sebetulnya bagi sebuah negara net importir, harusnya yang dilakukan adalah membeli dan menyimpan. Namun untuk Indonesia situasinya berbeda, kita tidak punya cukup tangki untuk menimbun, sehingga kita hanya bisa turut menonton saja. Indonesia hanya punya cadangan minyak untuk 14 hari untuk masyarakat," tutur Mantan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Rudi Rubiandini dalam keterangannya, Senin (27/4).
ADVERTISEMENT
"Ketika kejadian seperti ini, kita tidak mampu mengambil keuntungan untuk cadangan beberapa bulan ke depan. Jadi hanya mengikuti saja gelombang naik turunnya harga minyak dunia," ia menambahkan.
Meski demikian, Indonesia sebagai importir bukannya tidak menikmati keuntungan dari jatuhnya harga minyak . Dalam kondisi seperti sekarang, Indonesia tak perlu menguras cadangan dolar AS untuk belanja minyak.
"Kita yang biasanya harus menyediakan uang dolar AS untuk mengimpor minyak dengan harga cukup tinggi, sekarang bisa menyiapkan dengan lebih sedikit. Kita impor hampir 1 juta barel per hari. Dengan turun begitu jauh, sekarang harga minyak tinggal USD 20 per barel, berarti tinggal sepertiganya," Rudi memaparkan.
Menurut perhitungan Rudi, ketika rata-rata harga minyak USD 60 barel per hari, Indonesia harus mengeluarkan USD 60 juta per hari untuk impor minyak. Sekarang ketika harga minyak anjlok ke kisaran USD 20 per barel, kebutuhan fiskal di Bank Indonesia berkurang USD 46 juta menjadi USD 14 juta per hari. "Dalam setahun, penghematannya mencapai USD 17 miliar," tutupnya.
ADVERTISEMENT
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona .
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona