Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Harga Minyak Masih Rendah, SKK Migas Proyeksikan Target Lifting Migas 2021 Turun
18 Juni 2020 19:01 WIB
ADVERTISEMENT
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas ) menargetkan sementara lifting minyak dan gas pada 2021 sebanyak 1,71 juta barel setara minyak per hari atau barrel oil equivalent per day (boepd).
ADVERTISEMENT
Rinciannya lifting minyak 705 ribu barel per hari (bph) dan lifting gas 1,01 juta boepd atau setara 5,63 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd).Target ini lebih rendah dari target APBN 2020 yang mencapai 1,94 juta boepd.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, turunnya target yang dipasang tahun depan karena bisnis sektor hulu migas masih tertekan pandemi COVID-19. Salah satunya adalah masih rendahnya harga minyak dunia.
"Rendahnya harga minyak mempengaruhi besaran dan agresivitas daya investasi migas," kata dia dalam rapat dengar pendapat Komisi VII DPR RI, Jakarta, Kamis (18/6).
Khusus untuk target lifting migas yang dipasang 2021 sebesar 705 ribu bph mengacu pada proyeksi saat ini yang diturunkan dari 755 ribu bph dalam APBN 2020 menjadi 705 ribu bph per Juni 2020.
ADVERTISEMENT
Sedangkan target lifting gas 2021 sebanyak 1,01 juta boepd sedikit lebih tinggi dari proyeksi Juni 2020 yang hanya 992 ribu boepd. Meski begitu, target lifting gas tahun depan jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan target APBN 2020 pada awal tahun sebesar 1,19 juta boepd.
Dwi mengatakan, selain turunnya harga minyak dunia, tantangan lain yang menyebabkan target sementara lifting migas 2021 ini karena kemampuan serap gas pipa dan LNG yang rendah. Dia mengatakan, saat ini banyak pembeli seperti PT PLN (Persero) yang tak menyerap kargo LNG dari penjual.
Selain itu, kepastian investasi Blok Rokan antara Pertamina dan Chevron Pacific Indonesia agar bisa investasi di 2020 dan 2021 juga menjadi tantangan. Investasi di blok ini harus segera dilakukan agar produksinya tak turun jauh ketika Pertamina masuk pada 2021.
Turunnya target lifting migas 2021 mempengaruhi target setoran negara. SKK Migas membuat tiga skenario target penerimaan negara dari hulu migas berdasarkan asumsi rata-rata harga minyak Indonesia atau ICP.
ADVERTISEMENT
Untuk asumsi ICP USD 40 per barel, pendapatan kotor USD 18,70 miliar. Dari pendapatan itu, cost recovery USD 8,40 miliar, bagian kontraktor USD 5,01 miliar, dan penerimaan negara USD 5,30 miliar.
Untuk asumsi ICP USD 45 per barel, pendapatan kotor USD 20,49 miliar. Dari pendapatan itu, cost recovery USD 8,85 miliar, bagian kontraktor USD 5,50 miliar, dan penerimaan negara USD 6,14 miliar.
Untuk asumsi ICP USD 50 per barel, pendapatan kotor USD 22,31 miliar. Dari pendapatan itu, cost recovery USD 9,19 miliar, bagian kontraktor USD 5,94 miliar, dan penerimaan negara USD 7,19 miliar.
Untuk bisa merealisasikan target ini, SKK Migas pun mengupayakan berbagai hal. Mulai dari pengaturan kerja dan implementasi “new normal” di operasi industri migas dan percepatan kepastian pemberian insentif stimulus kepada kontraktor kontrak kerja sama (KKKS).
ADVERTISEMENT
"Kami juga mencari alternatif pasar/buyer baru sehingga semua produksi gas terserap dan keputusan kepastian investasi pemboran di Blok Rokan sekitar 200 sumur bor," ujarnya.