Harga Minyak Mentah & Timah Turun Tipis Imbas Fed Pangkas Suku Bunga

19 September 2024 8:08 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pengeboran PT Pertamina Hulu Energi (PHE). Foto: PHE
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pengeboran PT Pertamina Hulu Energi (PHE). Foto: PHE
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Harga minyak mentah turun pada Rabu (18/9), usai Bank Sentral AS Federal Reserve menurunkan suku bunga acuan 50 basis poin (bps) jadi 4,75-5,0 persen. Keputusan ini meningkatkan kekhawatiran mengenai kesehatan ekonomi AS.
ADVERTISEMENT
Selain itu, sebagian besar investor mengabaikan penurunan persediaan minyak mentah yang mereka kaitkan dengan dampak cuaca secara jangka pendek.
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah Brent untuk November menetap pada USD 73,65 per barel, turun 5 sen, sementara harga minyak mentah WTI untuk Oktober menetap pada USD 70,91 per barel, turun 28 sen.
Bank sentral AS memangkas suku bunga hingga setengah poin persentase, lebih besar dari yang diperkirakan banyak orang. Pemangkasan suku bunga biasanya meningkatkan aktivitas ekonomi dan permintaan energi, namun pasar tenaga kerja yang lebih lemah dapat memperlambat ekonomi.
Persediaan minyak mentah turun sebesar 1,6 juta barel menjadi 417,5 juta barel selama sepekan yang berakhir pada 13 September, kata Badan Informasi Energi (EIA), dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penarikan 500.000 barel.
Ketua Dewan Cadangan Federal Jerome Powell berbicara pada konferensi pers setelah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal. Foto: AFP
Batu Bara
ADVERTISEMENT
Sedangkan harga batu bara juga melemah pada penutupan perdagangan Rabu. Harga batu bara berdasarkan situs tradingeconomics turun 0,47 persen dan menetap di USD 139.00 per ton.
Harga batu bara Newcastle kembali naik setelah mencapai level terendah di USD 137 per ton. Di China, harga batu bara didukung oleh berkurangnya produksi akibat hujan lebat, peningkatan inspeksi keselamatan di tambang, permintaan konsumen yang lebih tinggi menjelang hari libur nasional dari tanggal 1-7 Oktober, dan pekerjaan pemeliharaan di beberapa jalur kereta api di provinsi Shanxi yang digunakan untuk transportasi batu bara.
Sementara itu, di Rusia, investasi oleh perusahaan batu bara turun sebesar 4,4 persen pada paruh pertama tahun 2024, yang selanjutnya mengurangi produksi batu bara. Di sisi lain, meningkatnya pangsa energi terbarukan di Eropa, dengan bauran energi terbarukan Jerman meningkat menjadi 70 persen dari 61 persen pada minggu sebelumnya, terus memberikan tekanan pada harga batu bara.
ADVERTISEMENT
CPO
Harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) menguat pada penutupan perdagangan Rabu. Berdasarkan situs tradingeconomics, harga CPO naik 2,23 persen menjadi MYR 3.848 per ton.
Harga CPO naik di tengah menguatnya harga minyak pesaing di pasar Dalian dan CBoT, didorong tanda-tanda peningkatan ekspor. Surveyor kargo mencatat ekspor produk minyak kelapa sawit Malaysia naik 9,1 persen hingga 10,2 persen selama 15 hari pertama bulan September dari periode yang sama bulan lalu. Namun, penguatan ringgit membatasi kenaikan lebih lanjut.
Pekerja menurunkan tandan buah segar kelapa sawit untuk diolah menjadi Crude Palm Oil (CPO). Foto: ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi
Sementara itu, di India, pembeli utama minyak kelapa sawit, New Delhi mengenakan bea masuk dasar sebesar 20 persen untuk minyak kelapa sawit mentah, minyak kedelai mentah, dan minyak bunga matahari mentah mulai 14 September. Hal ini secara efektif menaikkan total bea masuk untuk ketiga minyak ini menjadi 27,5 persen dari 5,5 persen, karena ketiga minyak tersebut dikenakan Biaya Tambahan Infrastruktur Pertanian dan Kesejahteraan India.
ADVERTISEMENT
Nikel
Adapun harga nikel terpantau mengalami kenaikan pada penutupan perdagangan Rabu. Harga nikel berdasarkan situs tradingeconomics naik tipis 0,25 persen menjadi USD 16.228 per ton.
Harga nikel berjangka menguat kembali setelah sempat mencapai titik terendah dalam 5 minggu di tengah pasokan yang melimpah. Indonesia, yang kini memproduksi lebih dari setengah nikel dunia, telah meningkatkan produksi secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, yang menyebabkan harga turun dan memaksa penutupan produsen di tempat lain.
Selain itu, kapasitas tambahan sebesar 928.000 ton diharapkan akan beroperasi dalam tiga tahun ke depan, terutama untuk baterai kendaraan listrik (EV). Pemerintah Indonesia mengantisipasi harga nikel akan stabil mendekati level saat ini karena pabrik-pabrik baru menyeimbangkan permintaan yang meningkat dengan pasokan yang kuat.
ADVERTISEMENT
Timah
Sementara itu, harga timah terpantau mengalami penurunan pada penutupan perdagangan Rabu. Berdasarkan situs London Metal Exchange (LME), harga timah turun 0,81 persen menjadi USD 31.594 per ton.
Ilustrasi timah. Foto: PT Timah
Menurut situs tradingeconomics, harga timah naik karena logam dasar menguat karena dolar yang melemah. Hal ini terjadi karena pasar mengantisipasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve AS. Pemangkasan suku bunga akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan permintaan logam, sementara dolar yang melemah membuat harga logam dalam dolar seperti timah lebih murah bagi pembeli internasional.
Sementara itu, produksi industri China melambat ke level terendah dalam lima bulan pada bulan Agustus, dengan penjualan eceran dan harga rumah juga melemah. Meskipun demikian, perlambatan tersebut telah meningkatkan harapan akan stimulus agresif dari China untuk memenuhi target pertumbuhan ekonominya.
ADVERTISEMENT