Harga Minyak Mentah Anjlok 3 Persen karena Gencatan Senjata di Palestina

22 Juli 2024 8:31 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga Palestina yang melarikan diri ke utara berjalan melewati tank Israel selama gencatan senjatas Hamas dan Israel di jalan Salaheddine di distrik Zeitoun, Gaza pada 24 November 2023. Foto: MAHMUD HAMS / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Warga Palestina yang melarikan diri ke utara berjalan melewati tank Israel selama gencatan senjatas Hamas dan Israel di jalan Salaheddine di distrik Zeitoun, Gaza pada 24 November 2023. Foto: MAHMUD HAMS / AFP
ADVERTISEMENT
Harga minyak mentah turun di level terendah sejak pertengahan Juni karena investor mengamati kemungkinan gencatan senjata di Palestina, sementara penguatan dolar AS mendorong nilai minyak semakin turun.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, Senin (22/7), harga minyak mentah Brent turun 2,9 persen menjadi USD 82,63 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 3,3 persen menjadi USD 80,13 per barel.
Batu Bara
Sedangkan harga batu bara cenderung stagnan pada penutupan perdagangan Jumat. Harga batu bara berdasarkan situs tradingeconomics naik 0,07 persen dan menetap di USD 135.10 per ton.
Harga batu bara Newcastle berjangka dipengaruhi pangsa pembangkit listrik tenaga batu bara di China mencapai rekor terendah sebesar 53 persen pada Mei. Selain itu, China tidak menyetujui proyek pembuatan baja berbasis batu bara pada paruh pertama tahun ini.
Sebaliknya, pembangkit listrik tenaga batu bara di AS diproyeksikan meningkat pada tahun ini dan pada tahun 2025, dibandingkan dengan tahun 2023 karena tingginya harga gas alam.
ADVERTISEMENT
CPO
Harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) naik tipis pada penutupan perdagangan Jumat. Berdasarkan situs tradingeconomics, harga CPO menguat 0,56 persen menjadi MYR 3.960 per ton.
Seorang pekerja migran Indonesia, Ari Rohman, mendorong gerobak saat mengumpulkan tandan buah segar kelapa sawit saat panen di sebuah perkebunan di Banting, Selangor, Malaysia, 10 Juni 2022. Foto: Hasnoor Husain/ Reuters
Minyak sawit berjangka Malaysia stabil di tengah melemahnya minyak kedelai saingannya di pasar CBoT setelah hasil panen kedelai AS yang lebih baik dari perkiraan. Sementara itu, kehati-hatian meningkat menjelang data ekspor dan produksi bulanan pada akhir pekan ini.
Angka dari surveyor kargo mencatat ekspor merosot antara 11,8 hingga 15,4 persen pada bulan lalu karena beberapa masalah pengiriman. Selain itu, perkiraan pembelian minyak sawit India pada Juli dapat meningkat menjadi 850.000 metrik ton menjelang hari raya mendatang. Pada bulan Juni, pembelian dari impor minyak sawit terbesar di dunia naik 3 persen sebesar 788.000 ton.
ADVERTISEMENT
Nikel
Adapun harga nikel terpantau mengalami penurunan pada penutupan perdagangan Jumat. Harga nikel berdasarkan situs tradingeconomics melemah 1,02 persen menjadi USD 16.256 per ton.
Ilustrasi Tambang Nikel Indonesia Foto: Masmikha/Shutterstock
Nikel kembali merosot di tengah penguatan dolar AS dan lemahnya data manufaktur China. Meskipun terjadi kondisi bullish seperti penurunan suku bunga Bank Sentral Eropa, terhentinya produksi di Kaledonia Baru, dan potensi penghentian izin di Indonesia, harga Nikel turun tajam.
Para analis memperkirakan tantangan yang sedang berlangsung akibat kelebihan pasokan pasar, memperkirakan total stok nikel primer akan mencapai level tertinggi dalam empat tahun pada tahun 2024, sehingga membatasi pemulihan harga yang signifikan hingga sisa tahun ini.
Timah
Sementara itu, harga timah juga terpantau mengalami penurunan pada penutupan perdagangan Jumat. Berdasarkan situs tradingeconomics, harga timah merosot 1,75 persen menjadi USD 31.050 per ton.
ADVERTISEMENT
Harga timah berjangka mengikuti kenaikan logam dasar utama karena stimulus permintaan di China. Perbedaan antara PMI manufaktur resmi dan PMI manufaktur Caixin di China, konsumen timah terbesar dunia, menggarisbawahi ketergantungan pada pasar ekspor. Hal ini meningkatkan ekspektasi China akan mengumumkan langkah-langkah stimulus yang konkrit untuk meningkatkan permintaan domestik menjelang Sidang Pleno Ketiga pemerintah.
Sementara itu, eksportir utama Indonesia masih tetap khawatir ketatnya pasokan karena penundaan perizinan berdampak besar pada pengiriman pada kuartal pertama, yang diperburuk oleh kekhawatiran gangguan perizinan di sisa tahun ini. Hal ini memperburuk kemunduran produksi sebelumnya, yang utamanya disebabkan oleh gangguan pertambangan di Negara Bagian Wa, Myanmar karena perang yang terjadi di negara tersebut.