Harga Minyak Mentah hingga CPO Naik Imbas Kebijakan Trump Kenakan Tarif Impor

3 Februari 2025 8:10 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi minyak mentah. Foto: Anan Kaewkhammul/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi minyak mentah. Foto: Anan Kaewkhammul/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Harga komoditas minyak mentah, batu bara, dan CPO terpantau menguat pada penutupan perdagangan Jumat (31/1). Hal ini imbas antisipasi terhadap penetapan tarif oleh Presiden AS Donald Trump.
ADVERTISEMENT
Sementara harga komoditas logam seperti nikel dan timah mengalami sedikit penurunan, masing-masing 1 persen dan 0,5 persen. Berikut rangkumannya dari berbagai sumber:

Minyak Mentah

Harga minyak mentah naik dalam perdagangan Jumat, karena Presiden AS Donald Trump mengatakan pemerintahannya akan menurunkan tarif yang diusulkan pada minyak Kanada dari 25 persen menjadi 10 persen dan mengenakan bea pada minyak dan gas sekitar tanggal 18 Februari, lebih lambat dari yang awalnya dikhawatirkan.
Dikutip dari Reuters, minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 1 persen menjadi USD 73,48 per barel. Harga minyak mentah Brent untuk April naik 0,7 persen menjadi $76,54 per barel
Selama sepekan lalu, patokan minyak Brent dan WTI masing-masing menetap 2,1 persen dan 2,9 persen lebih rendah, karena pasar memperkirakan tarif yang diusulkan akan menaikkan harga bahan bakar bagi warga AS dan memukul pertumbuhan ekonomi global serta permintaan energi.
ADVERTISEMENT

Batu Bara

Sedangkan harga batu bara juga menguat pada penutupan perdagangan Jumat. Harga batu bara berdasarkan tradingeconomics naik 1,83 persen dan menetap di USD 116.90 per ton.
Harga batu bara Newcastle mendekati level terendah hampir empat tahun di USD 114 per ton, di tengah melonjaknya tingkat pasokan ke konsumen utama dunia. Asosiasi Transportasi dan Distribusi Batubara China mengumumkan produksi akan meningkat 1,5 persen menjadi 4,82 miliar ton pada tahun 2025 setelah mencatat rekor pada tahun 2024.
Selain itu, permintaan semakin tertekan oleh curah hujan yang melimpah di pusat-pusat manufaktur utama China, yang memungkinkan tenaga hidroelektrik lebih disukai daripada tenaga batu bara. Di Eropa, output tenaga surya yang kuat pada tahun 2024 mendorong sumber alternatif untuk menyalip daya dari pembangkit listrik tenaga batu bara untuk pertama kalinya.
ADVERTISEMENT

CPO

Harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) naik tipis pada penutupan perdagangan Jumat. Berdasarkan situs tradingeconomics, harga CPO naik 0,19 persen menjadi MYR 4.290 per ton.
Perdagangan CPO kembali berlanjut setelah libur Imlek selama dua hari. Pedagang menunggu estimasi ekspor Januari di tengah tanda-tanda penurunan pengiriman di awal tahun. Menambah ketidakpastian, ketegangan perdagangan baru antara AS dan China muncul, imbas Presiden Trump menetapkan batas waktu 1 Februari untuk mengenakan tarif 10 persen pada barang-barang China.
Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah eksekutif di Ruang Oval Gedung Putih di Washington DC, Amerika Serikat, Selasa (21/1/2025). Foto: Jim Watson/AFP
Produsen utama Indonesia sedang mempertimbangkan pemotongan pungutan ekspor minyak kelapa sawit mentah sekitar 9 persen hingga 10 persen, yang semakin mengaburkan prospek pasar. Sementara itu, permintaan yang kuat diantisipasi mulai Maret dan seterusnya, didorong oleh bulan puasa dan Idul Fitri pada bulan April.
ADVERTISEMENT

Nikel

Harga nikel terpantau mengalami penurunan pada penutupan perdagangan Jumat. Harga nikel berdasarkan tradingeconomics turun 1,04 persen menjadi USD 15.230 per ton.
Harga nikel merosot kembali karena ancaman pembatasan produksi tidak cukup untuk memengaruhi kelebihan pasokan di tahun-tahun mendatang. Laporan menunjukkan produsen utama Indonesia sedang mempertimbangkan kebijakan untuk mengurangi kuota penambangan nikel menjadi 150 juta ton tahun ini dari 270 juta ton pada tahun 2024, cukup untuk mengurangi pasokan global sebesar 35 persen.
Namun, pasar memperkirakan nikel akan tetap kelebihan pasokan. Hal ini disebabkan lonjakan proyek peleburan China di Indonesia setelah yang terakhir melarang ekspor bijih nikel pada tahun 2020. Menambah tekanan, teknologi baru yang digunakan oleh produsen baterai China mulai tidak menggunakan nikel, semakin merusak prospek logam tersebut.
ADVERTISEMENT

Timah

Sementara itu, harga timah juga terpantau mengalami penurunan pada penutupan perdagangan Jumat. Berdasarkan situs tradingeconomics, harga timah turun 0,55 persen menjadi USD 30.102 per ton.
Harga timah berjangka berada di atas USD 30.100 per ton, menantang tekanan baru-baru ini pada logam dasar utama lainnya karena kekhawatiran pasokan membebani permintaan yang tidak pasti. Aktivitas yang lebih rendah yang diharapkan di tambang timah utama di Negara Bagian Wa Myanmar membuat ketersediaan bijih untuk peleburan China pada level rendah dalam beberapa periode terakhir.
Produksi juga lebih rendah di Indonesia karena pembatasan kuota penambangan. Namun, prospek manufaktur dari konsumen utama China beragam. Agregat kredit terbaru menunjukkan bahwa ekonomi meningkatkan investasi menyusul serangkaian langkah stimulus moneter dari PBoC. Namun, PMI manufaktur terbaru secara tak terduga menunjukkan kontraksi dalam aktivitas.
ADVERTISEMENT