Harga Minyak Mentah Melesat Imbas Rencana Tarif Sekunder AS ke Iran

2 Mei 2025 8:20 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi minyak mentah. Foto: Alexander Knyazhinsky/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi minyak mentah. Foto: Alexander Knyazhinsky/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Harga komoditas terpantau bervariasi pada penutupan perdagangan Kamis (1/5). Beberapa tidak ada perdagangan pada kemarin karena libur Hari Buruh Internasional.
ADVERTISEMENT
Minyak mentah menguat imbas dari eskalasi tarif Amerika Serikat (AS) kepada Iran, dan batu bara terpantau menguat karena masalah pasokan.
Presiden AS Donald Trump mengatakan semua pembelian minyak atau produk petrokimia Iran harus dihentikan dan negara atau orang mana pun yang membeli dari negara itu akan segera dikenai sanksi sekunder. Komentarnya menyusul penundaan perundingan yang seharusnya berlangsung di Roma pada hari Sabtu, mengenai program nuklir Iran.
Berikut rangkuman harga komoditas dari berbagai sumber:

Minyak Mentah

Harga minyak mentah melesat pada Kamis, setelah Presiden AS Donald Trump mengancam sanksi sekunder terhadap Iran setelah putaran keempat perundingan AS-Iran ditunda.
Dikutip dari Reuters, minyak mentah Brent ditutup pada USD 62,13 per barel, naik 1,8 persen, sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS ditutup 1,8 persen lebih tinggi pada USD 59,24 per barel.
ADVERTISEMENT

Batu Bara

Sedangkan harga batu bara menguat pada penutupan perdagangan Rabu (30/4). Berdasarkan situs tradingeconomics, harga batu bara naik tipis 0,26 persen menjadi USD 97.5 per ton.
Harga batu bara Newcastle bangkit dari level terendah empat tahun di USD 93,7 pada 23 April karena risiko pasokan yang lebih rendah dari Australia untuk sementara mengimbangi tekanan bearish dari produksi Asia yang melimpah dan permintaan yang buruk.
Musim dingin yang lebih hangat di China membatasi permintaan pemanas dan ekspor batu bara termal. Selain itu, produksi Indonesia mencapai rekor 836 juta ton tahun lalu, melampaui target awalnya sebesar 18 persen. Lebih lanjut, China berencana untuk meningkatkan produksi sebesar 1,5 persen menjadi 4,82 miliar ton tahun ini setelah jumlah produksi yang memecahkan rekor pada tahun 2024.
ADVERTISEMENT

CPO

Harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) menurun ada penutupan perdagangan Rabu. Harga CPO berdasarkan tradingeconomics turun 0,76 persen menjadi MYR 3.910 per ton.
Harga CPO berjangka Malaysia dipengaruhi usai Dewan Minyak Sawit Malaysia mengatakan permintaan dari pembeli utama India dan China diperkirakan akan meningkat. Di sisi ekspor, surveyor kargo melaporkan pengiriman Malaysia sampai 20 April naik antara 11,9-18,5 persen dari periode yang sama di Maret. Sementara ekspor Indonesia turun hampir 2 persen.
Sementara itu, China akan mengurangi impor kedelai AS di tengah risiko perdagangan yang sedang berlangsung, berpotensi meningkatkan permintaan CPO. Di AS, Trump menegaskan kembali bahwa ia menginginkan kesepakatan dengan Cina di mana tarif tidak akan mendekati 145 persen, meredakan volatilitas pasar yang lebih luas, termasuk dalam CPO.
ADVERTISEMENT

Nikel

Harga nikel turun pada penutupan perdagangan Kamis. Harga nikel berdasarkan tradingeconomics turun 0,46 persen menjadi USD 15.260 per ton.
Harga nikel berjangka bangkit dari level terendah lebih dari empat tahun di USD 14.150 pada 8 April, karena pasar menilai kembali permintaan manufaktur global. Trump telah mengumumkan tarif agresif terhadap mitra dagang utama untuk memerangi defisit perdagangannya, yang memicu aksi jual logam dasar, hanya untuk berbalik arah setelah AS menunda sebagian besar pungutan tersebut.
Sementara itu, ekspektasi penurunan produksi dari Indonesia melunakkan kekhawatiran kelebihan pasokan yang telah menekan harga sejak awal tahun. Pemerintah mempertimbangkan untuk mengurangi kuota pertambangan sebesar 120 juta ton tahun ini setelah larangan ekspor bijih nikel pada tahun 2020 mendorong China untuk membuka lebih dari 40 smelter di Indonesia.
ADVERTISEMENT

Timah

Harga timah juga terpantau turun pada penutupan perdagangan Rabu. Harga timah berdasarkan situs London Metal Exchange (LME) turun 1,79 persen dan menetap di USD 31.348 per ton.
Harga timah berjangka sempat anjlok di bawah USD 30.000, mengikuti penurunan tajam pada logam dasar karena eskalasi perang dagang antara AS dan China menghambat prospek permintaan manufaktur. Pergerakan tersebut mendorong pasar untuk menjual logam dasar karena risiko terhadap konsumsi China.
Namun, kekhawatiran pasokan yang masih ada membatasi penurunan harga yang lebih tajam. Gempa bumi di Myanmar membahayakan pembukaan kembali tambang Man Maw yang dipulihkan untuk memasok peleburan China. Selain itu, kelompok militan pemberontak di DR Kongo memajukan wilayah mereka dan mendorong Alphamin Resources untuk mengevakuasi tambangnya di wilayah tersebut, salah satu tambang timah terbesar di dunia.
ADVERTISEMENT