Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Harga Minyak Mentah Sepekan Meroket 8 Persen Imbas Ancaman Israel Serang Iran
6 Oktober 2024 8:26 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dikutip Reuters, harga minyak mentah Brent naik 0,6 persen dan ditutup pada USD 78,05 per barel, sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 0,9 persen dan ditutup pada USD 74,38 per barel.
Secara mingguan, minyak mentah Brent naik lebih dari 8 persen, tertinggi dalam seminggu sejak Januari 2023. Sedangkan WTI naik 9,1 persen dari minggu ke minggu, tertinggi sejak Maret 2023.
Israel bersumpah akan menyerang Iran karena meluncurkan serangkaian rudal ke Israel pada Selasa lalu, setelah Israel membunuh pemimpin Hizbullah pekan lalu. Peristiwa tersebut membuat analis minyak memperingatkan kemungkinan perang meluas di Timur Tengah.
Harga minyak mentah melonjak hampir 2 persen selama sesi tersebut, tetapi turun tajam setelah Joe Biden mengatakan jika dia berada di posisi Israel, dia akan mempertimbangkan alternatif selain menyerang lapangan minyak di Iran.
Pada Kamis, harga minyak mentah melonjak lebih dari 5 persen setelah Joe Biden mengkonfirmasi bahwa AS sedang berunding dengan Israel mengenai apakah Israel akan mendukung serangan terhadap infrastruktur energi Iran.
ADVERTISEMENT
Menurut analis komoditas JPMorgan, serangan terhadap fasilitas energi Iran bukanlah tindakan yang disukai Israel. Namun, rendahnya persediaan minyak global menunjukkan bahwa harga akan naik hingga konflik tersebut terselesaikan.
Mengutip data dari layanan pelacakan kapal Kpler, persediaan minyak berada di bawah level tahun lalu ketika Brent diperdagangkan pada USD 92 dan pada 4,4 miliar barel, merupakan yang terendah yang pernah tercatat.
Sementara itu, Pialang StoneX memperkirakan harga minyak dapat melonjak antara USD 3 dan USD 5 per barel jika infrastruktur minyak Iran menjadi sasaran.
Sebelumnya pada Jumat, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei muncul di depan publik untuk pertama kalinya sejak negaranya melancarkan serangan rudal. Ia menyerukan lebih banyak perlawanan anti-Israel.
ADVERTISEMENT
Iran, kata dia, akan menargetkan instalasi energi dan gas Israel jika Israel menyerangnya, kata kantor berita semi-resmi Iran SNN mengutip wakil komandan Garda Revolusi Ali Fadavi.
Adapun Iran adalah anggota OPEC+ dengan produksi sekitar 3,2 juta barel per hari atau 3 persen dari produksi global. Analis Rystad menyebutkan, kapasitas produksi cadangan kelompok tersebut seharusnya memungkinkan anggota lain untuk meningkatkan produksi jika pasokan Iran terganggu, sehingga membatasi kenaikan harga minyak.
Kekhawatiran pasokan juga mereda di Libya. Pemerintah yang berpusat di wilayah timur negara itu dan National Oil Corp yang berpusat di Tripoli pada Kamis mengatakan semua ladang minyak dan terminal ekspor dibuka kembali setelah perselisihan mengenai kepemimpinan bank sentral terselesaikan.