Harga Minyak Mentah Turun Usai Saudi Aramco Pangkas Harga Jual di Asia

7 September 2021 8:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fasilitas minyak Aramco di dekat area al-Khurj, tepat di sebelah selatan ibukota Saudi, Riyadh. Foto: Fayez Nureldine / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Fasilitas minyak Aramco di dekat area al-Khurj, tepat di sebelah selatan ibukota Saudi, Riyadh. Foto: Fayez Nureldine / AFP
ADVERTISEMENT
Harga minyak mentah turun usai Saudi Aramco memangkas harga jualnya di kawasan Asia. Saudi Aramco merupakan BUMN perminyakan milik Arab Saudi.
ADVERTISEMENT
Reuters melaporkan, harga minyak mentah jenis Brent pada Senin (6/9) turun 39 sen menjadi USD 72,22 per barel untuk kontrak pengiriman November 2021. Sedangkan minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) turun 40 sen menjadi USD 68,89 per barel untuk kontrak pengiriman Oktober 2021.
Turunnya harga minyak mentah ini terjadi usai Saudi Aramco membuat pernyataan yang memberi tahu pelanggan bahwa mereka akan memotong harga jual resmi atau official selling prices (OSP) periode Oktober untuk semua kadar minyak mentah yang dijual ke Asia.
Pemotongan harga jual di kawasan Asia itu setidaknya mencapai USD 1 per barel. Padahal, Asia merupakan wilayah pembelian terbesar Saudi Aramco. Kondisi ini menghidupkan lagi kekhawatiran atas prospek permintaan minyak mentah.
ADVERTISEMENT
"Ketika raksasa Saudi itu memangkas harga jualnya ke Asia untuk Oktober, menandakan bahwa mereka melihat hubungan penawaran-permintaan sedikit bergeser. Para pedagang tidak bisa tidak mengikuti jalan itu hari ini," kata Kepala Pasar Minyak Rystad Energy Bjornar Tonhauge dikutip dari Reuters, Selasa (7/9).
"Ketika raksasa Saudi itu memangkas harga jualnya ke Asia untuk Oktober, menandakan bahwa mereka melihat hubungan penawaran-permintaan sedikit bergeser, para pedagang tidak bisa tidak mengikuti jalan itu hari ini," kata Bjornar Tonhaugen, kepala pasar minyak di Rystad Energy.
Pasokan minyak global meningkat karena negara-negara yang tergabung dalam OPEC+ meningkatkan produksi sebesar 400.000 barel per hari (bph) setiap bulan antara Agustus dan Desember.
"Mengingat OPEC+ melanjutkan rencananya untuk meningkatkan produksi bulanan, meskipun data lemah dari China dan AS meningkatkan kekhawatiran perlambatan dan Arab Saudi mencari pangsa pasar di kawasan itu, minyak kemungkinan akan tetap di bawah tekanan," kata Analis untuk Asia Pasifik di broker OANDA Jeffrey Halley.
ADVERTISEMENT
Penurunan sebelumnya dalam minyak mentah berjangka menambah amblasnya harga minyak pada Jumat (3/9) setelah laporan pekerjaan Amerika Serikat (AS) yang mengecewakan. Ini menunjukkan pemulihan ekonomi yang tidak merata yang dapat berarti permintaan bahan bakar yang lebih lambat selama pandemi yang bangkit kembali.
Pelemahan harga minyak mentah juga dipengaruhi oleh Badai Ida yang menerpa Teluk Meksiko pekan lalu. AS khawatir pasokan minyak mentah masih terbatas, lantas melepaskan minyak mentah dari cadangan minyak strategis usai badai tersebut.
Sekitar 1,5 juta barel per hari produksi minyak di Teluk Meksiko tetap ditutup setelah Badai Ida, Biro Keselamatan dan Penegakan Lingkungan mengatakan pada hari Senin. Output gas alam 1,8 miliar kaki kubik per hari lainnya juga ditutup.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Baker Hughes, badai itu juga membuat perusahaan energi AS memangkas jumlah rig minyak dan gas alam yang beroperasi untuk pertama kalinya dalam lima minggu Jumlah rig minyak pekan lalu turun signifikan sejak Juni 2020.