Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Maraknya barang China yang terjual di e-commerce menimbulkan fenomena baru di masyarakat. Produk-produk dari China selalu jauh lebih murah dibanding produk lokal.
ADVERTISEMENT
Hal ini tentu menjadi masalah bagi pengusaha lokal. Bahkan tak sedikit pengusaha lokal yang gulung tikar saat harus bersaing dengan produk asal China.
Presiden Jokowi pun menyerukan kampanye benci produk asing. Ia meminta masyarakat mencintai produk lokal. Berikut kumparan merangkum berita seputar maraknya produk impor asal China dan tanggapan dari pelaku hingga bea cukai, Jumat (12/3).
Bea Cukai Klaim Produk Impor di Marketplace Telah Dikenai Bea Masuk
Direktur Kepabeanan Internasional dan Antar Lembaga Bea Cukai Syarief Hidayat mengatakan, selama ini produk impor yang dijual di e-commerce telah dikenai bea masuk. Termasuk produk-produk yang gratis ongkos kirim (ongkir) dari China.
Menurut catatannya, pemerintah telah menetapkan tarif bea masuk normal untuk komoditi sebesar 15 persen-20 persen untuk tas, 25 persen-30 persen untuk sepatu, dan 15 persen-25 persen untuk produk tekstil dengan PPN sebesar 10 persen, dan PPh sebesar 7,5 persen hingga 10 persen.
ADVERTISEMENT
“Yang bayar pajak yang beli,” katanya kepada kumparan, Kamis (11/3).
Syarief mencontohkan e-commerce seperti Shopee, Lazada telah memasukkan besaran pajak di harga produk. Menurutnya, ada beberapa komponen pajak seperti Cost, Insurance dan Freight (CIF) yang terdapat dalam sebuah barang.
“Misal harga jual di Thailand misal USD 100 barang apa pun tas misal, begitu dikirim ke Indonesia ada ongkir ada asuransi USD 5, freight USD 10 nanti, jadi USD 115,” ungkapnya.
Asosiasi E-commerce Akan Sambangi Mendag Lutfi
Tagar #ShopeeBunuhUMKM beberapa waktu lalu ramai di media sosial, platform e-commerce ini banyak dikomplain karena dinilai jadi pintu masuk barang-barang impor dengan harga kelewat murah sehingga mematikan UMKM lokal.
Tak lama kemudian, Presiden Jokowi menggaungkan kampanye benci produk asing. Seruan Jokowi itu dilatarbelakangi oleh praktik perdagangan tak sehat di e-commerce yang membunuh UMKM lokal. Untuk melindungi UMKM di dalam negeri, Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan membuat kebijakan baru.
Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA) mengaku dalam waktu dekat akan menemui Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi untuk membahas regulasi perdagangan elektronik. Seperti diketahui, Lutfi akan mengeluarkan aturan terkait perdagangan yang berbasis elektronik (e-commerce), salah satunya terkait dengan diskon.
ADVERTISEMENT
“Kita sedang ajak member terkait dalam waktu dekat, list member mana yang mau bertemu (Mendag),” kata Ketua Umum idEA Bima Laga kepada kumparan, Kamis (11/3).
Cerita Pembeli soal Harga Produk China yang Murah Meriah
Salah satu pengguna Shopee bernama Muhammad Firmansyah bercerita, barang-barang yang dikirim dari China memang sangat murah. Perbedaan harganya hampir 90 persen lebih murah daripada toko offline di Mangga Dua.
"Kemarin beli 3-4 barang. Case laptop MacBook. Cek di Mangga Dua itu harga sekitar Rp 600 ribu sampai Rp 700 ribu. Sementara di Shopee yang barangnya dikirim dari China kurang dari Rp 180 ribu," kata dia Firman saat dihubungi kumparan, Minggu (11/3).
Begitu pun saat Firman memesan pelindung layar laptopnya. Kalau di toko Mangga Dua sekitar Rp 250 ribu termasuk biaya pemasangannya, di akun Shopee hanya Rp 21 ribu.
ADVERTISEMENT
"Jadi dari China memang murah banget," lanjut Firman.