Harga Mobil Listrik di Malaysia-Thailand setelah Insentif: RI Paling Mahal

31 Mei 2023 21:13 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Rachmat Kaimuddin. Foto: Angga Sukmawijaya/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Rachmat Kaimuddin. Foto: Angga Sukmawijaya/kumparan
ADVERTISEMENT
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves, Rachmat Kaimuddin, menyebut negara-negara Asia Tenggara memiliki strategi sendiri untuk membangun ekosistem kendaraan listrik mereka.
ADVERTISEMENT
"Strategi negara tetangga beda-beda. Vietnam dia buat pabrik sendiri, dia buat brand sendiri. Dia juga dorong dengan pembebasan bea masuk. Malaysia, karena pasarnya enggak terlalu besar, dia coba menarik beberapa kendaraan Eropa," kata Rachmat saat media briefing di Jakarta, Rabu (31/5).
Rachmat memberikan komparasi hitung-hitungan mobil EV di negara Malaysia, Thailand, dan Indonesia dengan masing-masing kebijakan mereka.
Di Malaysia, diterapkan pembebasan bea masuk, pembebasan PPnBM, pembebasan PPN, pembebasan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Dan pemberian insentif cash USD 560. Maka bila harga mobil misal awalnya USD 20.000, setelah insentif-insentif itu menjadi USD 19.440.
Sementara di Indonesia, masih dikenakan PPN 1 persen sehingga dengan harga USD 20.000 itu, di Indonesia menjadi USD 20.220. Rachmat mengatakan, sebenarnya potensi pasar kendaraan listrik di Malaysia tidak lebih besar dari Indonesia.
Perbandingan harga mobil listrik dengan penerapan insentif di Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Foto: Kemenko Marves
"Tapi mereka juga sangat agresif untuk mendukung ini. Bea masuk dibebaskan dan insentif-insentif untuk pembeli," kata Rachmat.
ADVERTISEMENT
Sama dengan Indonesia, Thailand juga masih menerapkan PPN bahkan 7 persen, dan PPnBM 2 persen. Bedanya, Thailand memberikan insentif cash sebesar USD 2.032 sehingga dari harga awal yang dicontohkan sebesar USD 20.000, menjadi hanya USD 19.796, lebih murah dari Indonesia. Rachmat mengatakan Thailand saat ini menjadi kompetitor utama Indonesia.
"Dia punya kapasitas produksi yang cukup signifikan dan dia punya beberapa insentif yang diberikan. Bahkan bentuknya bukan hanya bea masuk, bukan hanya insentif fiskal tapi dia kasih cash subsidi sehingga mobil itu jadi terjangkau bagi masyarakat sana," pungkas dia.