Harga Nikel Anjlok 40 Persen, 239 Ribu Metrik Ton Berpotensi Tak Terserap Pasar

15 Januari 2024 8:14 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nikel sulfat hasil pemurnian bijih nikel kadar rendah oleh PT Halmahera Persada Lygend. Foto: Trimegah Bangun Persada
zoom-in-whitePerbesar
Nikel sulfat hasil pemurnian bijih nikel kadar rendah oleh PT Halmahera Persada Lygend. Foto: Trimegah Bangun Persada
ADVERTISEMENT
Harga beberapa komoditas ditutup beragam pada perdagangan hari Jumat (12/1). Secara tahunan, harga nikel terkoreksi 40 persen disebabkan karena oversupply. Nickel Study Group memperkirakan kelebihan pasokan nikel akan melebar menjadi 239.000 metrik ton pada tahun 2024.
ADVERTISEMENT
Meski sama turun, harga timah secara tahunan hanya terkoreksi 8,87 persen. Sementara harga batu bara secara tahunan terkoreksi cukup besar, yakni 65,29 persen. Meski terkoreksi, sentimen pasar untuk batu bara pada awal tahun 2024 ini masih cukup baik karena besarnya permintaan pasokan dari negara konsumen.

Minyak Mentah

Harga minyak mentah dunia ditutup turun pada penutupan perdagangan Jumat (12/1). Hal ini disebabkan oleh para trader yang mencoba untuk merekonsiliasi beragam sinyal yang mempengaruhi permintaan minyak di tahun mendatang.
Dikutip dari Reuters, Brent berjangka turun 6 sen, atau 0,08 persen, menjadi USD 76,55 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berakhir turun 15 sen, atau 0,21 persen menjadi USD 71,43.
ADVERTISEMENT

Batu Bara

Harga batu bara terpantau naik pada penutupan perdagangan Jumat (12/1). Berdasarkan bursa ICE Newcastle, harga batu bara untuk kontrak Februari 2024 naik 0,79 persen menjadi USD 126,25 per ton.
Meskipun naik, trading economics mencatat harga batu bara secara tahunan terkoreksi cukup besar, mencapai 65,29 persen, berada di level USD 130,85 per ton pada penutupan Jumat (12/1).
Meski begitu harga batu bara pada Januari 2024 ini stabil karena investor menilai faktor permintaan dan pasokan. Jepang dan Korea Selatan, konsumen utama batu bara kualitas tinggi dalam indeks Newcastle di luar Australia, meningkatkan aktivitas pembelian mereka menjelang akhir tahun karena utilitas perusahaan lebih banyak menggunakan batu bara termal dibandingkan gas alam cair untuk menghasilkan listrik tambahan.
ADVERTISEMENT

CPO

Harga minyak sawit (crude palm oil/CPO) terpantau naik. Dikutip dari Bursa Malaysia, harga CPO untuk kontrak Maret 2024 naik 1,6 persen menjadi MYR 3.854 per ton.

Nikel

Harga nikel terpantau turun pada penutupan perdagangan Jumat (12/1). Harga nikel berdasarkan London Metal Exchange (LME) ditutup turun 0,47 persen menjadi USD 16.343 per ton.
Sedangkan dikutip dari trading economics, harga nikel terus merosot dalam rentang satu tahun. Pada penutupan perdagangan Jumat (12/1), harga nikel menyentuh level USD 16.092 per ton, terkoreksi 40,03 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Padahal, pada 31 Januari 2023, harga nikel sempat menyentuh USD 30.153 per ton.
Trading economics mencatat, harga nikel saat ini mendekati posisi terendah dalam tiga tahun terakhir. Hal ini karena kuatnya pasokan dari produsen global nikel, yakni Indonesia, Filipina, dan China. Menurut perkiraan terbaru dari International Nickel Study Group, pasokan logam tersebut melampaui permintaan sebesar 223.000 metrik ton pada tahun 2023, dan kesenjangan tersebut diperkirakan akan melebar menjadi 239.000 metrik ton pada tahun 2024.
ADVERTISEMENT
Kesenjangan pasokan dan permintaan itu disebabkan oleh melemahnya penggunaan akibat perlambatan ekonomi global, dan secara khusus karena pemulihan yang rapuh di China.

Timah

Harga timah juga terpantau naik pada penutupan perdagangan Jumat (12/1). Harga timah berdasarkan situs LME ditutup naik 0,3 persen menjadi USD 24.631 per ton.
Harga timah berdasarkan trading economics secara year on year juga turun, namun penurunannya tidak sebesar nikel. Harga timah secara tahunan turun 8,87 persen, berada di level USD 24.435 per ton pada penutupan perdagangan Jumat (12/1).