Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Harga Nikel Anjlok karena Pasokan Berlebih, Bagaimana Kinerja PAM Mineral?
1 Juni 2024 11:58 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Komoditas nikel yang tengah diproduksi besar-besaran, termasuk di Indonesia, menyebabkan pasokan berlebih (oversupply) yang terjadi pada kuartal I 2024. Hal ini menyebabkan harga nikel dunia anjlok.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data dari Ditjen Minerba, harga acuan nikel sejak periode September 2023 hingga Maret 2024 telah mengalami penurunan sebesar 23,08 persen.
Direktur Utama PT PAM Mineral Tbk (NICL) Ruddy Tjanaka mengakui anjloknya harga nikel berdampak pada bisnis mereka. Pada kuartal I 2024, perusahaan hanya mengantongi laba Rp 12,2 miliar. Laba berasal dari total pendapatan hingga efisiensi.
PAM Mineral mencatatkan penjualan sebesar Rp116,7 miliar, mengalami penurunan sebesar 54,98 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2023 sebesar Rp 259,4 miliar.
"Penurunan ini disebabkan oleh penurunan volume produksi nikel karena RKAB Perseroan (NICL) baru terbit pada bulan Mei 2024 (kuartal II)," katanya dalam keterangan resmi, Sabtu (1/6).
Meski begitu, PAM Mineral berhasil melakukan efisiensi beban pokok pendapatan dengan meningkatkan Marjin Laba Kotor pada kuartal I 2024 menjadi 37,07 persen dari 36,92 persen pada kuartal I 2023.
ADVERTISEMENT
Seiring dengan menurunnya penjualan perseroan, laba usaha juga mengalami penurunan pada kuartal I 2024, yaitu Rp 19,5 miliar atau menurun 74,85 persen dibandingkan dengan kuartal I 2023 senilai Rp 77,8 miliar.
Dari sisi neraca, perusahaan mencatatkan total aset pada kuartal I 2024 sebesar Rp 881,7 miliar, tumbuh signifikan dibandingkan dengan total aset pada kuartal I 2023 yaitu sebesar Rp 692,1 miliar. Di sisi lain, total utang tercatat sebesar Rp 123,9 miliar atau tidak berubah signifikan dari periode sebelumnya sebesar Rp 119,9 miliar.
"Sementara, untuk total ekuitas mengalami peningkatan yaitu dari Rp 572,1 miliar menjadi Rp 757,7 miliar pada kuartal I 2024, hal ini disebabkan oleh peningkatan saldo laba perseroan," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, PAM Mineral berencana untuk berproduksi sesuai kapasitas RKAB pada kuartal II 2024. Perseroan menilai dengan terganggunya proses produksi yang membuat terbatasnya supply nikel pada akhir kuartal I 2024 ini, penambahan kapasitas produksi dan keluarnya RKAB diharapkan dapat meningkatkan harga jual yang berkelanjutan yang kemudian akan meningkatkan Average Selling Price (ASP) Perseroan.
"Perseroan menargetkan pencapaian penjualan hingga akhir tahun 2024 ini sebesar Rp 1,289 triliun dengan target Laba Sebelum Pajak sebesar Rp 352 miliar. Perseroan berkeyakinan dengan iklim usaha industri yang kondusif, Perseroan dapat mencapai target kinerja keuangan di atas," katanya.
PAM Mineral memiliki lahan konsesi pertambangan nikel yang telah mempunyai Izin Usaha Pertambangan (IUP) operasi di Desa Laroenai, Kecamatan Bungku, Pesisir, Sulawesi Tengah seluas 198 Ha, dan lahan konsesi pertambangan nikel seluas 576 Ha di Desa Lameruru, Kecamatan Langgikima, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara melalui Entitas Anak Perseroan yaitu PT Indrabakti Mustika (IBM).
ADVERTISEMENT