Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Harga Nikel Anjlok, Wamen ESDM Ungkap Kelebihan Pasokan Biang Keroknya
18 November 2024 16:53 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Harga nikel terpantau mengalami penurunan pada penutupan perdagangan Jumat (15/11). Harga nikel berdasarkan situs tradingeconomics anjlok 1,51 persen menjadi USD 15.497 per ton.
Yuliot menuturkan harga komoditas seperti bijih nikel sangat ditentukan pada kondisi penawaran (supply) dan permintaan (demand) secara global.
Meskipun masih harus diidentifikasi lebih lanjut, dia menyebutkan salah satu dugaan biang keroknya adalah kelebihan produksi bijih nikel. Pasalnya, Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia.
Cadangan nikel di Indonesia mencapai 21 juta ton atau 24 persen dari total cadangan dunia. Pada 2023, volume produksi nikel di Indonesia mencapai 1,8 juta metrik ton, menempati peringkat pertama dengan kontribusi 50 persen dari total produksi nikel global.
"Untuk jatuh harga, ini kan supply and demand. Jadi, kalau kita lihat dari industri, seharusnya kita harus mengidentifikasi untuk apa permasalahan jatuhnya harga nikel, salah satunya mungkin itu kelebihan supply," ungkap Yuliot saat ditemui usai acara 24th ASEAN Senior Officials Meeting on Minerals (ASOMM) di The Meru Sanur, Bali, Senin (18/11).
Yuliot menegaskan, masalah kelebihan pasokan nikel di Indonesia akan dievaluasi kembali oleh pemerintah melalui Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba).
ADVERTISEMENT
"Jadi, untuk kelebihan supply, itu nanti kita akan lihat, itu kebijakan, nanti Pak Dirjen itu juga akan lakukan evaluasi," tutur Yuliot.
Berdasarkan catatan Bank Dunia dalam Laporan Commodity Market Outlook edisi Oktober 2024, rata-rata harga nikel turun 12 persen secara kuartalan (q/q) pada kuartal III 2024, tetapi sebagian pulih dalam beberapa minggu terakhir menyusul langkah-langkah stimulus yang dilakukan pemerintah China.
"Penurunan harga nikel pada kuartal III 2024 sebagian besar mencerminkan peningkatan produksi di tengah tanda-tanda melemahnya permintaan dari pasar baja tahan karat dan baterai," kata Bank Dunia, dikutip kumparan Senin (18/11).
Bank Dunia melihat produksi nikel global terus meningkat pesat, meskipun ada penghentian operasi di beberapa tambang di luar Indonesia menyusul penurunan harga yang berkelanjutan. Jika dilihat sejak 2022, harga nikel sudah anjlok sekitar 30 persen.
ADVERTISEMENT
Adapun peningkatan pasokan terutama terjadi di Indonesia, yang menyumbang lebih dari setengah produksi nikel global, menyusul investasi besar dari China telah memperluas operasi peleburan. Sebagian besar investasi ini ditujukan untuk memproduksi material bermutu tinggi untuk pasar baterai.
Meski demikian, Bank Dunia memperkirakan permintaan nikel global akan meningkat terus-menerus dalam beberapa tahun mendatang, didukung oleh produksi baja tahan karat dan baterai untuk kendaraan listrik.
Setelah prediksi penurunan harga nikel sebesar 21 persen secara tahunan (yoy) pada tahun 2024, harga nikel diperkirakan akan pulih sebesar 3 persen pada tahun 2025 dan 6 persen pada tahun 2026.