Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Harga Nikel dan Timah Melesat di Tengah Eskalasi Perang Dagang AS dan China
14 April 2025 7:43 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
Harga komoditas terpantau membaik pada penutupan perdagangan di pengujung pekan lalu, Jumat (11/4), kecuali harga batu bara yang terus anjlok mencapai level USD 94 per ton.
ADVERTISEMENT
Harga minyak mentah didorong oleh kebijakan AS terhadap impor minyak Iran, sementara nikel dan timah melesat imbas kekhawatiran eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Berikut rangkumannya dari berbagai sumber.
Minyak Mentah
Harga minyak mentah naik pada Jumat, setelah Menteri Energi AS Chris Wright mengatakan AS dapat mengakhiri ekspor minyak Iran sebagai bagian dari upaya untuk membawa Iran berdamai dengan program nuklirnya.
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah Brent ditutup pada USD 64,76 per barel, naik 2,26 persen. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup pada USD 61,50 per barel, naik 2,38 persen.
Komentar Wright memberikan momentum kenaikan harga minyak, menyusul fluktuasi harga yang tidak menentu minggu ini karena rezim tarif baru Presiden AS Donald Trump memaksa para pedagang untuk menilai kembali risiko geopolitik yang dihadapi pasar minyak mentah.
ADVERTISEMENT
Batu Bara
Sedangkan harga batu bara menurun pada penutupan perdagangan Jumat. Berdasarkan situs tradingeconomics, harga batu bara turun 1,45 persen menjadi USD 94.85 per ton.
Harga batu bara Newcastle terus jatuh di bawah USD 97 per ton pada April, turun lebih dari 20 persen tahun ini ke level terendah dalam hampir empat tahun, di tengah pasokan yang terus melimpah di antara produsen-produsen utama dunia.
Data dari Indonesia menunjukkan produksi mencapai rekor 836 juta ton tahun lalu, melampaui target awalnya sebesar 18 persen. Selain itu, Tiongkok berencana untuk meningkatkan produksi sebesar 1,5 persen menjadi 4,82 miliar ton tahun ini setelah jumlah produksi yang memecahkan rekor pada tahun 2024.
CPO
Harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) sedikit naik pada penutupan perdagangan Jumat. Harga CPO berdasarkan tradingeconomics menguat 0,31 persen menjadi MYR 4.214 per ton.
ADVERTISEMENT
Harga minyak sawit berjangka Malaysia naik di tengah antisipasi produksi yang lebih tinggi karena aktivitas perkebunan meningkat setelah liburan panjang. Investor juga mengambil sikap hati-hati menjelang data perdagangan Maret dari pembeli utama China, karena dampak dari perang perdagangan dengan AS mungkin mulai terasa.
CPO membukukan penurunan mingguan kedua berturut-turut karena impor Maret oleh pembeli utama India tetap di bawah level biasanya meskipun naik 13,2 persen dari Februari. Yang membatasi kerugian lebih lanjut adalah tanda-tanda ekspor yang kuat. Data dari surveyor kargo menunjukkan pengiriman CPO Malaysia naik antara 29,3-52,8 persen (mom) selama sepuluh hari pertama bulan April.
Nikel
Harga nikel terpantau mengalami kenaikan pada penutupan perdagangan Jumat. Harga nikel berdasarkan tradingeconomics melesat 2,35 persen menjadi USD 15.020 per ton.
ADVERTISEMENT
Harga nikel berjangka sempat menyentuh USD 14.100 per ton selama pekan lalu, di tengah kekhawatiran perang dagang dan kelebihan pasokan dari Indonesia. AS mengenakan tarif 25 persen untuk aluminium, yang mengganggu pasar global, sementara potensi pungutan atas tembaga telah memicu volatilitas harga.
Perang dagang meningkat setelah China mengumumkan tarif 34 persen untuk semua impor AS dan kontrol ekspor pada tanah jarang mulai 10 April. Sementara itu, meningkatnya stok nikel di London Metal Exchange (LME) menambah tekanan, dengan nikel Indonesia yang diproses China sekarang menyumbang lebih dari 50 persen inventaris LME. Melonjaknya produksi logam olahan Indonesia semakin memenuhi pasar, menekan margin bahkan untuk produsen dalam negeri.
Timah
Sementara itu, harga timah juga mengalami kenaikan pada penutupan perdagangan Jumat. Harga timah berdasarkan situs tradingeconomics naik 2,8 persen dan menetap di USD 30.658 per ton.
ADVERTISEMENT
Harga timah berjangka sempat anjlok di bawah USD 30.000, mengikuti penurunan tajam pada logam dasar karena eskalasi perang dagang antara AS dan China menghambat prospek permintaan manufaktur. Pergerakan tersebut mendorong pasar untuk menjual logam dasar karena risiko terhadap konsumsi China.
Namun, kekhawatiran pasokan yang masih ada membatasi penurunan harga yang lebih tajam. Gempa bumi di Myanmar membahayakan pembukaan kembali tambang Man Maw yang dipulihkan untuk memasok peleburan China. Selain itu, kelompok militan pemberontak di DR Kongo memajukan wilayah mereka dan mendorong Alphamin Resources untuk mengevakuasi tambangnya di wilayah tersebut, salah satu tambang timah terbesar di dunia.