Harga Nikel Semakin Terpuruk, Sentuh Titik Terendah dalam 4 Tahun

27 Desember 2024 14:26 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Operator menyalurkan slag atau limbah nikel ke dalam wadah untuk dibawa ke tempat penampungan khusus Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di kawasan pertambangan PT Vale Indonesia, Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Jumat (2/8/2024). Foto: ANTARA FOTO/Basri Marzuki
zoom-in-whitePerbesar
Operator menyalurkan slag atau limbah nikel ke dalam wadah untuk dibawa ke tempat penampungan khusus Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di kawasan pertambangan PT Vale Indonesia, Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Jumat (2/8/2024). Foto: ANTARA FOTO/Basri Marzuki
ADVERTISEMENT
Harga logam nikel di pasar internasional terpantau semakin terpuruk sepanjang tahun 2024. Menjelang akhir tahun, harganya menyentuh titik terendah dalam 4 tahun.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan London Metal Exchange (LME), harga nikel pada penutupan perdagangan Selasa (24/12) berada di level USD 15.477 per ton. Harganya sempat anjlok 2,3 persen pada Kamis (19/12) lalu di USD 15.113 per ton, terendah sejak November 2020.
Dikutip dari x, harga nikel mencapai titik terendah dalam 4 tahun karena prospek yang kurang menggembirakan dari bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), untuk tahun depan, lebih besar daripada kemungkinan pemangkasan produksi pertambangan besar-besaran di Indonesia.
"Komoditas yang digunakan dalam baterai kendaraan listrik tersebut merupakan salah satu yang berkinerja terburuk di antara logam industri di bursa tahun ini," kata laporan Bloomberg, dikutip Jumat (27/12).
Pekan lalu, The Fed mengeluarkan prakiraan kuartalan yang menunjukkan bahwa beberapa pejabat memperkirakan penurunan suku bunga pada tahun 2025 akan lebih sedikit daripada yang diperkirakan sebelumnya. Hal itu menunjukkan penguatan dolar dan biaya pembiayaan yang lebih tinggi yang dapat merugikan komoditas.
Ilustrasi Tambang Nikel Indonesia Foto: Masmikha/Shutterstock
Harga nikel sempat mencapai lebih dari USD 100.000 per ton pada tahun 2022, namun mengalami tren penurunan sekitar 8 persen di tahun ini. Hal itu sebagian disebabkan oleh gelombang pasokan baru yang sebelumnya diharapkan dari Indonesia dan perlambatan penjualan kendaraan listrik.
ADVERTISEMENT
Indonesia disebut tengah mempertimbangkan pemangkasan besar-besaran terhadap kuota penambangan nikel karena berupaya mendongkrak harga logam yang sedang merosot.
Bloomberg menyebut, negara produsen utama nikel dunia ini berencana untuk menurunkan jumlah bijih nikel yang boleh ditambang tahun depan menjadi 150 juta ton, menurut sumber yang mengetahui masalah tersebut yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena pembahasannya bersifat tertutup.
Dikonfirmasi kumparan terkait hal tersebut, Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian ESDM, Tri Winarno, memastikan belum ada pembahasan apa pun terkait rencana pemangkasan produksi nikel tahun depan.
"Sampai sekarang belum ada pembahasan tersebut," ungkap Tri saat dihubungi kumparan, Kamis (26/12).
Tri menegaskan alih-alih memangkas produksi nikel, pemerintah masih akan memantau lebih lanjut kepatuhan perusahaan melaksanakan target produksi sesuai dengan Rencana Kerja Anggaran dan Belanja (RKAB).
ADVERTISEMENT
"Kalau tujuannya pemangkasan belum ya, tapi kami memang akan melakukan evaluasi kepatuhan kewajibannya (perusahaan)," ujar Tri.
Berdasarkan catatan kumparan, Kementerian ESDM menetapkan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) produksi nikel tahun 2024 sebesar 240 juta ton. Jika rencana pemangkasan produksi nikel dilakukan tahun depan, maka terjadi penurunan sekitar 37,5 persen.