Harga Nikel Sempat Tembus USD 19 Ribu per Ton, Harita: Masih Sulit Diprediksi

25 April 2024 17:59 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kolam sedimen untuk pengelolaan limpasan air tambang di lokasi pertambangan nikel milik Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Kolam sedimen untuk pengelolaan limpasan air tambang di lokasi pertambangan nikel milik Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Harga komoditas nikel sempat bertengger di atas USD 19 ribu per ton selama beberapa hari. Bahkan, sempat menyentuh level tertingginya sepanjang tahun berjalan pada Jumat (19/4) di level USD 19.326 per ton.
ADVERTISEMENT
Adapun, berdasarkan laman London Metal Exchange (LME), harga nikel berada di level USD 18.945 per ton atau turun 0,32 persen pada penutupan perdagangan, Kamis (25/4).
Investor Relations PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel, Lukito Gozali mengaku kesulitan memproyeksi harga nikel ke depan. Sebab, pergerakan harga nikel tergantung dengan faktor permintaan (demand) dan pasokan (supply).
"Menurut saya harga nikel itu sangat sulit untuk kita liat ke depannya," kata Lukito dalam acara Peluang Nikel 2024 di Mirrae Asset Sekuritas, Kamis (25/4).
Lokasi kawasan smelter nikel terintegrasi Harita Group di Pulau Obi, Maluku Utara. Foto: Angga Sukmawijaya/kumparan
Lukito menjelaskan, tingginya permintaan nikel di pasaran akan memicu naiknya harga nikel. Sebaliknya, penurunan permintaan bisa menyebabkan harga nikel anjlok.
Meski begitu, Lukito mengungkapkan harga nikel bisa kembali naik. Salah satunya dengan mengolah nikel menjadi baja tahan karat (stainless steel).
ADVERTISEMENT
"Karena dari sisi stainless steel off course permintaan untuk stainless steel belum dipick. Pasti nanti kalau sudah dipick bakal higher demand, pasti akan naik harganya," ungkap Lukito.
Sepanjang 2023, Harita Nickel mencatatkan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 5,62 triliun pada 2023. Angka itu meningkat 20 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat Rp 4,67 triliun.
Adapun, total pendapatan yang berhasil diraup Harita Nickel di 2023 tembus Rp 23,86 triliun atau meningkat 149 persen dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan itu didorong oleh peningkatan volume penjualan yang lebih tinggi dari bisnis pemrosesan bijih nikel.
Lokasi pertambangan nikel Harita Group di Pulau Obi, Maluku Utara. Foto: Angga Sukmawijaya/kumparan
Peningkatan pendapatan ini juga didukung di lini produksi tambahan dari PT Halmahera Persada Lygend (HPL), yang merupakan fasilitas pemurnian limonit (bijih nikel kadar rendah) berbasis hidrometalurgi (HPAL) untuk menghasilkan bahan baku baterai kendaraan listrik.
ADVERTISEMENT
Dari lini bisnis pertambangan, Harita Nickel mencatat kenaikan volume penjualan bijih nikel sebesar 98 persen atau mencapai 15,38 juta wet metric ton (wmt), dibandingkan 7,77 juta wmt pada 2022.
Sedangkan dari lini bisnis pengolahan dan pemurnian nikel, sepanjang 2023 Harita Nickel berhasil mencatat peningkatan produksi feronikel sebesar 300 persen, dari 25.372 ton pada 2022 menjadi 101.538 ton pada 2023. Serta kenaikan produksi MHP (mixed hydroxide precipitate), yang merupakan bahan baku baterai kendaraan listrik, sebesar 50 persen, dari 42.310 ton pada 2022 menjadi 63.654 ton pada 2023.