Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Harga Obat di AS Berpotensi Naik 12,9 Persen Imbas Perang Tarif
26 April 2025 15:46 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Pengenaan tarif sebesar 25 persen terhadap impor produk farmasi oleh Amerika Serikat diperkirakan akan meningkatkan biaya obat di negara itu hingga hampir USD 51 miliar per tahun.
ADVERTISEMENT
Kenaikan harga obat berpotensi mencapai 12,9 persen jika seluruh biaya diteruskan kepada konsumen.
Mengutip Reuters, perkiraan tersebut berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Ernst & Young dan menunjukkan bahwa pada tahun 2023 AS mengimpor produk farmasi senilai USD 203 miliar, dengan 73 persen di antaranya berasal dari Eropa, terutama dari Irlandia, Jerman, dan Swiss.
Total penjualan produk farmasi jadi di AS tahun itu mencapai USD 393 miliar.
Laporan bertanggal 22 April itu tidak dipublikasikan ke publik dan dipesan oleh kelompok lobi farmasi utama di AS, Pharmaceutical Research and Manufacturers of America (PhRMA), yang anggotanya antara lain mencakup Amgen, Bristol Myers Squibb, Eli Lilly, dan Pfizer.
PhRMA belum memberikan komentar atas permintaan tanggapan. Kelompok tersebut sebelumnya berargumen bahwa penerapan tarif justru akan melemahkan upaya untuk memperkuat produksi domestik, salah satu tujuan yang diusung Presiden AS Donald Trump.
ADVERTISEMENT
Produk farmasi selama ini relatif dilindungi dari perang dagang karena dampak negatif yang dapat ditimbulkannya, namun Trump berulang kali mengancam akan mengenakan tarif 25 persen terhadap impor farmasi.
Pekan lalu, pemerintahan Trump mengumumkan penyelidikan terhadap impor farmasi, dengan alasan kekhawatiran keamanan nasional terkait ketergantungan terhadap produksi obat di luar negeri.
Langkah ini memicu periode komentar publik selama 21 hari sebagai bagian dari investigasi yang dipimpin oleh Departemen Perdagangan AS.
Para produsen obat memandang penyelidikan ini sebagai peluang untuk meyakinkan pemerintah bahwa tarif tinggi akan menghambat upaya mereka mempercepat produksi di dalam negeri, serta untuk mengajukan alternatif lain, kata Ted Murphy, pengacara perdagangan di firma hukum Sidley Austin yang mewakili perusahaan-perusahaan dalam proses pengajuan ke Departemen Perdagangan.
ADVERTISEMENT
Sejumlah produsen obat juga melobi Trump agar tarif terhadap produk farmasi impor diberlakukan secara bertahap guna mengurangi dampak negatifnya.
Pada Kamis (24/4), perusahaan farmasi asal Swiss, Roche, mengumumkan bahwa mereka sedang mengajukan permohonan langsung kepada pemerintah AS untuk mendapatkan pengecualian tarif, dengan alasan bahwa produk yang mereka ekspor ke Amerika setara dengan jumlah ekspor obat dan alat diagnostik buatan AS yang mereka kirim ke luar negeri.
Laporan tersebut menambahkan bahwa biaya produksi hanyalah salah satu faktor dalam menentukan harga obat-obatan baru, dan sejauh mana tarif terhadap bahan baku maupun produk jadi impor akan diteruskan ke konsumen masih belum sepenuhnya jelas.
Tarif atas produk farmasi jadi yang diimpor berpotensi dibebankan kepada konsumen melalui distributor grosir atau ritel yang menanggung tarif tersebut.
Namun, jika seluruh beban tarif dialihkan ke harga penjualan domestik, Ernst & Young (EY) memperkirakan harga obat-obatan di Amerika Serikat bisa naik hingga 12,9 persen.
ADVERTISEMENT
Sekitar 30 persen dari total impor farmasi AS pada 2023 merupakan bahan baku yang digunakan untuk produksi dalam negeri, baik untuk kebutuhan ekspor maupun penjualan domestik.
Pengenaan tarif atas bahan baku ini diperkirakan akan meningkatkan biaya produksi dalam negeri sebesar 4,1 persen dan menurunkan daya saing global obat-obatan buatan AS, menurut laporan tersebut.
Sekitar 25 persen dari total produksi farmasi AS diekspor, dengan nilai mencapai USD 101 miliar pada 2023. EY menyebut sebagian dari 490.000 lapangan kerja yang terkait dengan ekspor di sektor ini bisa terancam jika kenaikan biaya bahan baku menurunkan permintaan luar negeri terhadap obat-obatan buatan AS.
Laporan tersebut tidak memperhitungkan dampak dari kemungkinan penerapan tarif balasan. Namun, dampak ekonomi dari kebijakan semacam itu terhadap produsen AS diperkirakan akan jauh lebih besar.
ADVERTISEMENT