Harga Properti di Kota Besar Kian Tinggi, Sewa Indekos Makin Digemari

6 Februari 2020 16:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kamar kos Foto: Dok. Azzahra Furniture
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kamar kos Foto: Dok. Azzahra Furniture
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Harga properti di kota besar semakin hari kian mahal. Hal itu membuat masyarakat berpenghasilan menengah dan menengah ke bawah makin kesulitan membeli hunian, baik rumah tapak maupun apartemen.
ADVERTISEMENT
Menurut Direktur Eksekutif Indonesia Properti Watch (IPW), Ali Tranghanda, kini lebih dari 47 persen masyarakat di kota besar seperti Jakarta memilih untuk tinggal di indekos atau kos-kosan akibat harga properti terus naik.
“Hasil survei kami sekitar 47,4 persen pilih tinggal di kos-kosan, kemudian sebanyak 47,1 persen berkeinginan untuk tinggal di apartemen. Sedangkan sisanya memilih tinggal di kediaman keluarga atau saudara," ujar Ali di Sopo Del Tower, Jakarta Selatan, Kamis (6/2).
Dalam survei tersebut juga dipaparkan bahwa generasi milenial lebih senang menyewa ketimbang membeli properti. Hal itu terjadi lantaran kisaran gaji di bawah Rp 7 juta membuat mereka kesulitan menyicil properti.
“Berdasarkan riset IPW, saat ini ada sebanyak 39,9 persen kaum milenial tinggal di kos atau apartemen dengan besaran sewa di bawah Rp 2 juta per bulan. Lalu sebanyak 38,5 persen menyewa dengan harga Rp 2-3 juta per bulan dan 21,6 persen menyewa dengan harga di atas Rp 3 juta per bulan," katanya.
Diskusi Proyeksi Arah Properti 2020, yang diadakan Rumah123.com, di Sopo Del Tower Jakarta Selatan, Kamis (6/2). Foto: Muhammad Darisman/kumparan
Besarnya peluang pasar penyewaan kos di kota-kota besar ini diakui oleh PT Hoppor International. Perusahaan yang dikenal dengan nama Kamar Keluarga itu menangkap peluang tersebut dengan terus mengembangkan bisnis indekos.
ADVERTISEMENT
“Selama dua tahun berdiri, Kamar Keluarga kini telah memiliki 2.041 kamar yang tersebar di 75 lokasi di Jabodetabek dan Bandung. Setiap tahun tren penyewa kosan terus tumbuh,” ujar CEO Kamar Keluarga, Charles Kwok.
Selain mendirikan kos sendiri, Kamar Keluarga juga membuka peluang kepada para pemilik aset berupa tanah atau properti menganggur untuk bekerja sama dengan mereka.
“Sistemnya bagi hasil, Kamar Keluarga akan menjadikan lahan atau bangunan tidak produktif menjadi kamar kos atau hunian co-living. Nantinya pemilik akan mendapat uang sewa jangka panjang 10 hingga 25 tahun," pungkasnya.