Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Harga Saham Bergerak Tak Wajar, Emiten Prajogo Pangestu (TPIA) Beri Jawaban
10 Januari 2024 19:20 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Emiten sektor petrokimia milik konglomerat Prajogo Pangestu , PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) menjelaskan penyebab saham TPIA sempat melonjak di luar kebiasaan atau Unusual Market Activity (UMA).
ADVERTISEMENT
Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan pemantauan khusus pada saham TPIA per 7 Desember 2023. Direktur Sumber Daya Manusia dan Urusan Korporat Chandra Asri Petrochemical Suryandi menjelaskan penyebab pergerakan saham TPIA tak wajar akibat dinamika pasar.
“Pergerakan harga saham yang dinilai tidak wajar, kami melihatnya ini dinamika pasar. Bagaimana mereka lihat pengembangan bisnis perusahaan, berapa jumlah saham yang beredar di masyarakat angkanya seperti apa,” ujar Suryandi saat paparan publik insidentil virtual, Rabu (10/1).
Terkait pergerakan saham yang tidak wajar, Chandra Asri Pacific menyerahkan asumsi tersebut ke pihak otoritas termasuk BEI. “Tetapi apa yang dikatakan tidak wajar kita serahkan kepada pihak ke otoritas IDX,” kata Suryandi.
Suryandi menekankan transaksi saham TPIA masih bisa dilakukan setelah Natal 2023. Saham Chandra Asri Petrochemical sempat disuspensi pada 21 Desember 2023, namun suspensi dibuka kembali pada 22 Desember 2023.
ADVERTISEMENT
“Kami menyadari penghujung akhir tahun lalu saham TPIA sempat disuspensi. Setelah natal bisa diperdagangkan kembali,” tutur Suryandi.
Pada perdagangan Rabu (10/1), saham TPIA ditutup melemah 220 poin atau 5,21 persen ke level 4.000. Berdasarkan data RTI, saham TPIA melemah 31,62 persen dalam sepekan dan 14,89 persen dalam sebulan.
Nilai transaksi saham TPIA mencapai Rp 479,4 miliar dengan frekuensi sebanyak 34.202 kali. Volume transaksi mencapai 119,28 miliar. Kapitalisasi pasar (market cap) TPIA menyentuh Rp 346,05 triliun.