Harga Saham BRI Syariah Mulai Turun, Masih Layak Dikoleksi?

16 Oktober 2020 13:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Layanan BRI Syariah. Foto: BRI Syariah
zoom-in-whitePerbesar
Layanan BRI Syariah. Foto: BRI Syariah
ADVERTISEMENT
PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS), PT Bank BNI Syariah, dan PT Bank Syariah Mandiri bakal merger menjadi satu entitas. Proses merger ini dimulai pada Selasa (13/10) dengan penandatanganan conditional merger agreement. Rencananya BRI Syariah akan menjadi induk dari penggabungan bank syariah ini.
ADVERTISEMENT
Investor pun menyambut positif proses awal merger bank syariah BUMN ini. Pada perdagangan Selasa (13/10), harga saham BRI Syariah melesat 25 persen ke level Rp 1.125 per saham.
Bahkan pada 14 Oktober 2020, harga saham BRIS melejit ke Rp 1.405 per saham. Namun setelah itu harga saham BRIS mulai turun. Per hari ini, Jumat (16/10), saham BRIS terpantau turun ke Rp 1.220 per lembar saham.

Apakah saham BRI Syariah masih layak koleksi?

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira Adhinegara, mengatakan saham BRIS masih layak koleksi. Bahkan jika investor sudah memiliki saham tersebut, Bhima menyarankan agar tidak langsung menjual.
"Sebaiknya posisi hold dulu," kata Bhima kepada kumparan, Jumat (16/10).
ADVERTISEMENT
Menurut Bhima, merger bank syariah sejatinya menguntungkan bagi BRI Syariah, karena dari sisi permodalan perseroan akan semakin kuat.
"Dan penetrasi pasar menjadi lebih kuat khususnya ke segmen pinjaman korporasi," ujarnya.
Senada, Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, juga menyatakan saham BRIS masih layak koleksi, terutama bagi investor dengan target investasi jangka panjang.
"Meskipun belum ada valuasinya, investor bisa berpegang pada prospek bisnisnya saja. Secara fundamental bagus sekali," katanya.
Layanan BRI Syariah. Foto: Dok. BRI
Menurut Nico, jika nanti proses merger telah selesai, maka aset ketiga bank syariah tersebut diperkirakan bakal mencapai Rp 220 triliun hingga Rp 225 triliun. Dengan nilai aset tersebut, merger bank syariah akan menjadi bank terbesar ke 8 di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Hal ini menjadi nilai tambah karena pemain perbankan syariah masih terbatas, namun potensi pangsa pasarnya sangat luas. Sebab, mayoritas masyarakat Indonesia beragama Muslim.
"Bisnisnya bagus, pasarnya luas, pemainnya terbatas. Ini menjadi sebuah landasan. Dia punya modal yang kuat, ruang gerak yang besar," ujar Nico.
Sehingga menurut dia ada baiknya investor tidak hanya melihat kondisi hari ini, tapi juga mempertimbangkan potensi besar di masa depan.
"Beli atau enggak itu tergantung orangnya. Tapi kalau orangnya longterm dia akan berpikir tentang prospek ini dan alasan-alasannya. Tapi kalau posisi sebagai trader menurut saya masanya sudah habis. Begitu,” ujarnya.