Harga Semen dan Aspal Naik, Rumah Bakal Makin Mahal

9 Januari 2023 18:03 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi membangun rumah. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi membangun rumah. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Harga bahan konstruksi masih mengalami kenaikan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) untuk kelompok bangunan atau konstruksi 0,37 persen secara month-to-month (mtm) pada Desember 2022.
ADVERTISEMENT
Sementara secara tahunan (year-on-year/yoy), kelompok bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal mengalami kenaikan 4,28 persen. Adapun harga semen mengalami kenaikan 8,52 persen dan aspal naik 15,37 persen.
Pengamat Properti dan CEO Indonesia Property Watch (IPW), Ali Tranghanda mengungkapkan kenaikan bahan bangunan akan menaikkan biaya bangunan baru. Hal ini membuat harga jual rumah ikut mengalami kenaikan.
"Pastinya akan membuat biaya bangunan baru akan naik dan harga jual rumah pengembang pun akan naik," ujar Ali kepada kumparan, Senin (9/1).
Ia tidak menampik bahwa sampai saat ini para pengembang belum menaikkan harga jual rumah. Namun, adanya kenaikan bahan konstruksi memicu kenaikan rumah pada semester I 2023 berkisar 5-7 persen.
"Dengan kenaikan ini akan memicu kenaikan harga 5-7 persen di semester I 2023," kata dia.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, daya beli masyarakat sejalan dengan kondisi saat ini. Meski begitu, Ali optimis dengan pertumbuhan ekonomi yang baik, masyarakat mampu untuk memiliki rumah.
Hal senada disampaikan, Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI) Panangian Simanungkalit bahwa kenaikan harga bahan bangunan memberi dampak yang tidak terlalu besar terhadap harga rumah. Sehingga, adanya kenaikan harga ini dapat menurunkan tingkat penjualan.
"Yang ujung-ujungnya bisa membuat pengembangnya rugi. Artinya pengembangnya akan mikir keras sebelum menaikkan harga rumah," jelas Panangian.
Sementara itu, Founder Muda Keren Punya Property, Ruby Herman melihat kenaikan harga rumah di Indonesia tergantung pada supply dan demand. Ia beranggapan supply dan demand lebih banyak terjadi untuk wilayah kota.
"Ini tak bisa secara garis besar, ada beberapa daerah yang demandnya kurang, mau naikkan harga susah, yang ada tidak laku-laku," pungkas Ruby.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Ruby merasa minat masyarakat terhadap properti terutama untuk yang belum memiliki properti masih akan tinggi. Sehingga, bagi properti rumah yang masih bersifat subsidi harganya masih sama.
"Dengan kenaikan itu semua, harganya belum bisa dinaikkan karena harga pemerintah," tuturnya.
Dengan kondisi harga seperti itu, sambung Ruby, pihak pengembang akan mengurangi margin keuntungan dan mencari tanah yang masih masuk sesuai budgetnya untuk dapat membangun perumahan.
"Kalau kami suka cari di bawah Rp 200 ribu per meter. Cari yang lebih murah, kalau di daerah Jabodetabek di pinggiran," tandas dia.