news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Harga Tinggi Jadi Ancaman Kepunahan, Pelestarian Ikan Sidat Mendesak

28 Agustus 2019 16:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Ikan Sidat. Foto: Dok. istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Ikan Sidat. Foto: Dok. istimewa
ADVERTISEMENT
Tingginya harga jual ikan sidat (Anguilla spp.) membuat ikan jenis belut itu terancam punah. Kementerian Kelautan dan Perikanan bersama Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa atau Food and Agriculture of The United Nations (FAO) pun, mendorong penyusunan Rencana Pengelolaan Perikanan (RPP) ikan sidat.
ADVERTISEMENT
Dari pantauan kumparan, ikan jenis tersebut dijual paling murah Rp 160 ribu per kilogram. Bahkan yang ukuran per ekornya lebih kecil, harga jualnya bisa mencapai Rp 350 ribu per kilogram, karena jumlahnya lebih banyak.
Dirjen Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan, M. Zulficar Mochtar, menyatakan RPP Sidat sangat mendesak untuk segera ditetapkan.
"Perikanan sidat harus dikelola pada batas yang memberikan manfaat yang optimal dan berkelanjutan, serta menjamin kelestariannya," kata Zulficar melalui pernyataan tertulis.
Dia menambahkan, pemanfaatan sidat yang berlebihan dalam beberapa tahun terakhir, membuat jenis ikan tropis itu masuk ke dalam COP ke-18 CITES (the Convention on International Trade in Endangered Species) atau daftar hewan dan tumbuhan yang terancam punah.
ADVERTISEMENT
Sehingga menurut Zulficar, RPP Sidat yang sedang disusun harus memuat status perikanan sidat, isu dan permasalahan pengelolaan, serta rencana aksi pengelolaan perikanan sidat di Indonesia. Kebijakan itu tentunya harus mengutamakan prinsip kehati-hatian, berkeadilan, dan berkelanjutan.
Workshop dan Focused Group Discussion (FGD) on Indonesian Eel Fisheries Management Plan untuk pelestarian ikan sidat. Foto: Dok. FAO
“Kerjasama KKP dengan FAO dalam menyusun RPP Sidat di Indonesia merupakan salah satu terobosan besar dalam pengelolaan perikanan secara berkelanjutan di perairan darat, karena hingga saat ini RPP yang disusun hanya untuk perairan laut” jelas Zulficar.
Untuk menyusun RPP tersebut, KKP bersama FAO telah melakukan Workshop dan Focused Group Discussion (FGD) on Indonesian Eel Fisheries Management Plan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menghasilkan dokumen awal RPP Sidat di Indonesia.
Sementara itu acting National Project Manager FAO IFISH, Toufik Alansar, menjelaskan dokumen perencanaan pengelolaan ikan dengan nilai ekonomi tinggi ini berisikan arahan dalam pengelolaan perikanan sidat yang bertanggung jawab. Penyususan RPP memperhatikan prinsip-prinsip ekologi, biologi, sosial-ekonomi, dan kelembagaan yang mengedepankan kearifan lokal.
Workshop dan Focused Group Discussion (FGD) on Indonesian Eel Fisheries Management Plan untuk pelestarian ikan sidat. Foto: Dok. FAO
“RPP ini dibuat agar perikanan sidat Indonesia dapat terus bermanfaat secara ekonomi dan lestari untuk masyarakat dan rakyat Indonesia” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan peta persebaran ikan sidat, Indonesia merupakan salah satu penghasil ikan sidat terbesar di dunia. Khususnya ikan sidat jenis Anguilla bicolor bicolor dan Anguilla marmorata. Karena populasi Sidat yang dianggap masih banyak, sejumlah perusahaan asing terutama Jepang, mengimpor sidat dari Indonesia untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Meskipun relatif masih banyak jumlah populasi sidat, jika dibandingkan dengan jumlah sidat dua puluh tahunan yang lalu, jumlahnya sangat banyak berkurang. Penyebabnya adalah kerusakan habitat, penangkapan berlebihan, pencemaran, hingga pembangunan bendungan. Ikan sidat sendiri merupakan sumber pangan yang amat baik, karena mengandung protein tinggi, Vitamin A 4700 IU, omega 3, DHA dan EPA.