Harita Nickel (NCKL) Raih Pendapatan Rp 17,3 T di Kuartal III 2023, Naik 135%

30 November 2023 18:56 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kolam sedimen untuk pengelolaan limpasan air tambang di lokasi pertambangan nikel milik Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Kolam sedimen untuk pengelolaan limpasan air tambang di lokasi pertambangan nikel milik Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Emiten tambang nikel, PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel mencatatkan penjualan Rp 17,3 triliun di kuartal III 2023, atau naik 135 persen secara tahunan (yoy).
ADVERTISEMENT
Kenaikan pendapatan itu juga diikuti peningkatkan laba bersih pemilik entitas induk sebesar Rp 1,7 triliun di kuartal III 2023. Jumlah tersebut naik 25 persen dari kuartal III 2022 yang sebesar Rp 1,5 triliun.
Kenaikan penjualan yang signifikan merupakan hasil dari upaya Perseroan yang melakukan ekspansi peningkatan kapasitas produksi secara berkelanjutan baik dari lini bisnis pertambangan, produksi refinery High Pressure Acid Leach (HPAL) dan lini produksi smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dalam 2 tahun terakhir.
Dari bisnis pertambangan, perseroan mencatatkan kenaikan produksi biji nikel yang signifikan untuk memenuhi tambahan permintaan akibat adanya kenaikan kapasitas produksi baik dari PT Halmahera Persada Lygend (HPL) maupun PT Harita Jayaraya Feronikel (HJF). Selama periode Sembilan bulan di 2023, anak usaha NCKL di bisnis pertambangan telah memproduksi sekitar 10 juta biji nikel limonite dan 4,4 juta biji nikel saprolite.
ADVERTISEMENT
Kemudian lini produksi refinery HPAL, sejak adanya penambahan satu jalur produksi, Perseroan mencatatkan kenaikan produksi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) sebesar 49 persen dibanding periode tahun sebelumnya yaitu menjadi 46.891 ton kandungan nikel.
Nikel Sulfat produk Halmahera Persada Lygend (HPL), anak usaha holding Harita Group. Foto: Angga Sukmawijaya/kumparan
Sebagian produk MHP yang di produksi, kemudian di konversi menjadi Nikel Sulfat dan Kobalt Sulfat, yang merupakan bahan baku utama untuk pembuatan ternary precursor, yang diperlukan dalam pembuatan baterai kendaraan listrik berbasis nikel. Selama sembilan bulan pertama tahun 2023, Perseroan melalui anak usahanya telah memproduksi 9.287 ton Nikel Sulfat dan 818 ton Kobalt Sulfat.
Dari lini produksi smelter RKEF, Perseroan melalui 2 anak usahanya yaitu PT HJF dan PT Megah Surya Pertiwi (MSP) berhasil membukukan total produksi Feronikel di sembilan bulan pertama tahun 2023 sebesar 68.994 ton kandungan nikel atau naik 268 persen dari tahun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
“Perusahaan meyakini, dengan semakin berkembangnya industri kendaraan listrik secara global serta rencana Pemerintah untuk menjadi salah satu produsen baterai mobil listrik terbesar di dunia,
Perseroan dengan semangat ‘dari Obi untuk Indonesia’, mempunyai komitmen untuk terus melakukan investasi dan pembangunan fasilitas produksi yang dapat meningkatkan volume dan nilai tambah dari produk yang dihasilkan Perseroan,” tulis manajemen, Kamis (30/11).
Saat ini, Perseroan sedang melakukan ekspansi lebih lanjut dengan membangun fasilitas HPAL kedua melalui entitas anak yaitu PT Obi Nickel Cobalt (ONC) yang ditargetkan akan memiliki 3 (tiga) jalur produksi dengan kapasitas produksi 65.000 ton kandungan nikel/tahun MHP dan diharapkan akan beroperasi secara bertahap mulai di kuartal kedua tahun 2024.

Harita Nickel Jadi Tambang Nikel Terbesar ke-5 di Indonesia

Pengolahan dan pemurnian nikel dengan sistem hidrometalurgi yang merupakan bahan baku batere mobil listrik yang dibangun Harita Group di Halmahera. Foto: Harita Group
Harita Nickel juga mengumumkan telah mengakuisisi 99 persen saham PT Gane Tambang Sentosa (GTS) dengan nilai transaksi Rp 7,9 miliar, Kamis (30/11). Ini akan meningkatkan sumber daya dan cadangan bijih nikel menjadi 302 juta wmt, sehingga menjadikan Harita Nickel sebagai perusahaan tambang nikel terbesar ke-5 di Indonesia berdasarkan sumber daya.
ADVERTISEMENT
PT GTS memiliki konsesi tambang nikel yang belum beroperasi dengan luas area sebesar 2.314 hektare dengan masa berlaku IUP sampai dengan tahun 2040. Perseroan merencanakan akan melakukan aktivitas pengeboran untuk mengetahui besaran cadangan dan sumber daya bijih nikel.
Pada kesempatan yang sama, Harita Nickel juga meningkatkan kepemilikan saham di PT Gane Permai Sentosa (GPS) menjadi 99 persen, dari sebelumnya 70 persen.
Selain dapat meningkatkan sumber daya dan cadangan bijih nikel Perseroan, akuisisi senilai Rp 48,8 miliar ini di harapkan dapat memperkuat kontribusi finansial terhadap perseroan.
PT GTS dan PT GPS adalah perusahaan afiliasi dari Harita Nickel. Transaksi akuisisi telah dilakukan secara transparan sesuai dengan penilaian dari lembaga independen dari KJPP yang ditunjuk.
ADVERTISEMENT