Harita Nickel soal Oversupply Nikel global: Wajar Terjadi Kompetisi

25 April 2024 19:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengolahan dan pemurnian nikel dengan sistem hidrometalurgi yang merupakan bahan baku batere mobil listrik yang dibangun Harita Group di Halmahera. Foto: Harita Group
zoom-in-whitePerbesar
Pengolahan dan pemurnian nikel dengan sistem hidrometalurgi yang merupakan bahan baku batere mobil listrik yang dibangun Harita Group di Halmahera. Foto: Harita Group
ADVERTISEMENT
Indonesia sempat mengalami oversupply atau kelebihan pasokan nikel. Hal itu menjadi penyebabkan anjloknya harga nikel dunia.
ADVERTISEMENT
Investor Relations PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel, Lukito Gozali mengatakan terjadi kompetisi di industri nikel. Hal itu menyebabkan RI mengalami oversupply.
Lukito mengungkapkan persaingan dalam bisnis di industri nikel merupakan hal yang wajar. Tentunya ia mengharapkan kompetisi yang terjadi antar perusahaan nikel masuk dalam kategori persaingan sehat.
"Memang terjadi kompetisi market. Kompetisinya off course harusnya sehat. Nggak cuma di nikel, komoditas lain juga sama (ada persaingan)," kata Lukito dalam acara Peluang Nikel 2024 di Mirrae Asset Sekuritas, Kamis (25/4).
"Yang enggak efisien enggak survive pasti akan tergeser sendiri," tambahnya.
Meski begitu, Lukito memastikan Harita Nickel akan fokus dari sisi efisien. Adapun, Harita Nickel mencatat kenaikan volume penjualan bijih nikel sebesar 98 persen atau mencapai 15,38 juta wet metric ton (wmt), dibandingkan 7,77 juta wmt pada 2022.
Kolam sedimen untuk pengelolaan limpasan air tambang di lokasi pertambangan nikel milik Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara. Foto: Dok. Istimewa
Sedangkan dari lini bisnis pengolahan dan pemurnian nikel, sepanjang 2023 Harita Nickel berhasil mencatat peningkatan produksi feronikel sebesar 300 persen, dari 25.372 ton pada 2022 menjadi 101.538 ton pada 2023. Serta kenaikan produksi MHP (mixed hydroxide precipitate), yang merupakan bahan baku baterai kendaraan listrik, sebesar 50 persen, dari 42.310 ton pada 2022 menjadi 63.654 ton pada 2023.
ADVERTISEMENT
"Kalau perseroan akan fokus dari sisi efisien," ungkapnya.

Indonesia Jadi Biang Kerok Oversupply Nikel Dunia

Sebelumnya, Chief Operating Officer ThorCon Power Indonesia Bob S. Effendi mengatakan Indonesia menjadi biang kerok utamanya melubernya stok nikel di dunia. Bahkan, antisipasi pemerintah terkait kelebihan cadangan dengan penyerapan oleh industri kendaraan listrik dinilai gagal.
“Dorongan besar dari Indonesia telah menyebabkan kelebihan pasokan nikel dan mendorong kenaikan harga down. Tampaknya pasar EV besar yang diantisipasi tidak pernah terwujud,” tulis Bob dikutip pada Senin (15/1).
Nikel Sulfat produk Halmahera Persada Lygend (HPL), anak usaha holding Harita Group. Foto: Angga Sukmawijaya/kumparan
Senada dengan Bob, mantan Menteri Investasi Indonesia, Tom Lembong juga mengatakan hal serupa.
Dalam laman YouTube Total Politik, Tom bilang, penyebab banjirnya stok nikel dunia adalah gencarnya smelter di Indonesia, yang kemudian menyebabkan harga nikel turun dalam.
“Jadi dengan begitu gencarnya di bawah smelter di Indonesia, kita membanjiri dunia dengan nikel, akhirnya harganya jatuh terjadi kondisi oversupply,” kata Tom dikutip pada Senin (15/1).
ADVERTISEMENT
Selain itu, Tom juga bilang, Indonesia begitu militan dan begitu konfrontasional terhadap negara pelanggan nikel.
“Akhirnya mereka ketakutan dan juga kehilangan kepercayaan, ya akhirnya mereka cari opsi lain, mereka bikin formulasi bahan baterai yang tidak menggunakan nikel, substitusi,” tambahnya.
Tom bilang, merek kendaraan ternama, Tesla yang diproduksi di Tiongkok, kini telah meninggalkan nikel untuk memproduksi baterai kendaraan listrik, dengan bermodalkan besi dan fosfat.
“Jadi 100 persen dari semua mobil Tesla yang dibuat di Tiongkok mereka menggunakan baterai yang mengandung 0 persen nikel dan 0 persen kobalt. Jadi baterainya namanya ferro phosphate (LFP) pakai besi, pakai fosfat,” jelasnya.