Hasil Investigasi Kebakaran Tangki Kilang Balongan: Diduga Tersambar Petir

29 September 2021 12:47 WIB
ยท
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepulan asap hitam dari kebakaran tangki minyak milik Pertamina RU VI Balongan, Indramayu, Jawa Barat, Senin (29/3/2021). Foto: Dedhez Anggara/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Kepulan asap hitam dari kebakaran tangki minyak milik Pertamina RU VI Balongan, Indramayu, Jawa Barat, Senin (29/3/2021). Foto: Dedhez Anggara/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
PT Pertamina (Persero) merilis hasil investigasi kebakaran tangki di kompleks Kilang Balongan yang terjadi pada 29 Maret 2021. Hasilnya, empat tangki yang meledak dan terbakar diduga karena tersambar petir.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional, Djoko Priyono, menjelaskan tangki yang terbakar di dalam kompleks Kilang Minyak Balongan ada empat yaitu tangki E, F, G, dan H. Namun, ledakan berasal dari tangki G yang merembet ketiga tangki lainnya.
Untuk mencari penyebab kebocoran dan kebakaran di tangki tersebut, ada empat pihak yang melakukan investigasi yaitu Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS) yang berada di bawah BPPT, Pusat Penelitian Petir LAPI ITB, Ditjen Migas Kementerian ESDM, dan satu lembaga luar negeri yaitu Det Norske Veritas (DNV).
Djoko menyebut, hasil penyebab kebakaran tangki Balongan oleh keempat investigator tersebut berbeda-beda. Namun, Pertamina mengambil kesimpulan dari hasil tersebut beserta analisis dari tim Pertamina.
Untuk penyebab kebocoran, Djoko mengatakan kesimpulannya adalah terjadinya sambaran petir travelling pada pukul 23.09 WIB (28 Maret 2021) yang menyebabkan degradasi pada dinding/plat atau las-lasan di tangki G.
ADVERTISEMENT
"Ini menyebabkan penurunan penipisan dinding/plat atau las-lasan tangki G, disusul dengan robek dan bocornya dinding tersebut akibat tekanan mekanik dari dalam tangki yang telah terisi BBM pada level mendekati penuh," kata Djoko dalam rapat dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (29/9).
Untuk penyebab kebakaran, kesimpulan Pertamina adalah terjadi akibat sambaran petir atau induksi pada tangki G yang berdampak terjadinya segitiga api yaitu udara oksigen, vapor hydrocarbon, dan sambaran petir.
Kesimpulan Pertamina ini lebih condong mengacu pada hasil investigasi yang dilakukan LAPI ITB. Berikut hasil investigasi keempat lembaga dari sisi penyebab kebocoran dan kebakaran tangki:
1. B2TKS BPPT
Djoko menyebut, B2TKS BPPT melakukan analisis struktur tangki apakah ada keretakan karena korosi. Begitu pun dengan dinding dan atap tangki. Hasilnya, tangki G secara umum dalam kondisi baik dan tidak terbukti kebocoran tangki karena korosi.
ADVERTISEMENT
Menurut Djoko, berdasarkan hasil pemeriksaan B2TKS, ketebalan tangki bisa menyebabkan kebocoran bila di bawah 1,5 mm. Sedangkan hasil pengukuran B2TKS, ketebalan tangki G Balongan saat itu 4,19 mm hingga 8,85 mm.
"Jadi kondisi internal dan eksternal tangki masih baik, tidak ada korosi di dalam dan luar tangki," ujar Djoko.
2. LAPI ITB
Pusat Penelitian Petir LAPI ITB juga melakukan investigasi. Hasilnya, LAPI ITB menduga kebakaran akibat adanya sambaran petir yang traveling yang menyebabkan panas di dinding tangki. Panas tersebut seperti pengelasan dan bisa melumerkan sesuatu dengan arus 200 ampere, namun tangki ini besarnya arus 18 ribu ampere. Sehingga sangat panas dan bisa mendegradasi tangki tersebut.
"Menyebabkan tangki tersebut menipis dan dinding tangki tidak bisa menahan tekanan mekanik dari BBM di dalam tangki sehingga tangki robek dan bocor. Ini analisis dari LAPI ITB," kata Djoko.
ADVERTISEMENT
3. Ditjen Migas
Dari Ditjen Migas Kementerian ESDM, kebocoran disebabkan kegagalan dari las-lasan akibat korosi. Ditjen Migas ambil sampel pada plat tangki pada 5 hari pasca kebakaran.
Djoko menyebut sampel yang diambil Ditjen Migas itu bisa saja sudah dalam kondisi teroksidasi karena terpapar udara.
Kepulan asap hitam dari kebakaran tangki minyak milik Pertamina RU VI Balongan, Indramayu, Jawa Barat, Senin (29/3/2021). Foto: Dedhez Anggara/ANTARA FOTO
4. DNV
Investigasi DNV menyatakan penyebab kebocoran karena korosi pada dinding bagian dalam tangki yang tidak terdeteksi saat inspeksi dilakukan sebelum dinding tangki mencapai kondisi kritis yang diakibatkan pembebanan yang melebihi batas kemampuan saat itu.
Djoko menyebut, sampel yang diambil adalah sampel plat tangki pasca kebakaran, sama seperti Ditjen Migas. Selain merilis hasil penyebab kebocoran, dua dari empat lembaga itu juga mengeluarkan hasil investigasi penyebab kebakaran tangki kilang. Dua lembaga itu adalah LAPI ITB dan Ditjen Migas.
ADVERTISEMENT
Untuk LAPI ITB, menyebut penyebab kebakaran tangki karena sambaran petir atau induksi yang menimbulkan segitiga api (udara, vapor dari hidrokarbon, dan panas dari sambaran petir/induksi). Ini mengakibatkan tangki EFGH terbakar.
Ditjen Migas juga menyebut penyebab kebakaran karena ada unsur segitiga api. Namun, indikatornya berbeda yaitu segitiga api berasal dari udara, kebocoran hidrokarbon (isi BBM) di dinding tangki, dan panas yang diduga dari trafo area SS024 yang menyulut kebakaran.
Terkait trafo ini, Djoko membantahnya. Sebab, saat kejadian berlangsung tidak ada aliran listrik di situ. Circuit breaker terkunci dan tidak menimbulkan panas.
Menurut dia, segitiga api yang menjadi penyebab kebakaran tangki karena ada induksi atau sambaran dari petir sebagaimana hasil investigasi LAPI ITB dan kesesuaian data yang didapat dari PLN.
ADVERTISEMENT
"PLN Puslitbang memiliki alat untuk mendeteksi petir yaitu Lightning
Detection System (LDS). Dari pengukuran LDS terhadap radius 15 km di area kilang sepanjang pukul 23:00 hingga 01:00 WIB, terdapat 241 sambaran petir," kata Djoko.
Djoko juga memastikan, selama ini petugas Pertamina di Balongan terus memeriksa keamanan tangki secara berkala. Tangki dibangun pada 2004 lalu dan sertifikasi dari kilang itu masih berlaku hingga 2022.
"Kami lakukan inspeksi secara berkala. Tangki dikosongkan, dicek internalnya di dinding dan bottom-nya. Inspeksi ini intervalnya 10 tahun sekali. Kita juga inspeksi virtual untuk melihat dinding tangki dan ketebalan tangki. Terakhir inspeksi pada 2020," terangnya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan tim Pertamina langsung gerak cepat saat kebakaran terjadi, salah satunya memastikan pasokan BBM dari tangki kilang aman.
ADVERTISEMENT
Di dalam kompleks kilang, ada 71 tangki. Sedangkan empat tangki yang terbakar memproduksi BBM Pertalite yang konsumsinya paling tinggi di masyarakat.