Heboh Babi Ngepet di Depok, Kalau Mau Kaya Mending Lewat Investasi Aja

28 April 2021 15:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Babi ngepet yang diamankan warga RT2/4, Kelurahan Bedahan, Kecamatan Sawangan, Kota Depok. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Babi ngepet yang diamankan warga RT2/4, Kelurahan Bedahan, Kecamatan Sawangan, Kota Depok. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Isu babi ngepet sedang menjadi trending topic. Sejumlah warga di Bedahan, Depok, mengaku kehilangan uang dengan nominal ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Mereka meyakini hal tersebut karena ulah babi ngepet.
ADVERTISEMENT
Dalam mitologi masyarakat Jawa, babi ngepet dipercaya sebagai jelmaan manusia yang mempraktikkan ilmu hitam untuk meraih kekayaan secara instan.
Daripada pakai babi ngepet, lebih baik mengumpulkan kekayaan lewat investasi. Ada banyak instrumen investasi, mulai dari saham hingga Bitcoin. Berikut kumparan merangkum berbagai investasi dapat memberikan keuntungan:

Saham

Investasi saham kian naik daun semenjak pandemi COVID-19 melanda. Banyak orang justru mulai melek investasi setelah krisis kesehatan tersebut menciptakan krisis keuangan secara global.
Ilustrasi investasi di pasar saham. Foto: Shutter Stock
Dikutip dari situs Yuk Nabung Saham yang dikelola oleh BEI, saham didefinisikan sebagai bukti kepemilikan suatu perusahaan yang merupakan klaim atas penghasilan dan kekayaan perseroan. Perusahaan yang sahamnya dapat dibeli di BEI disebut Perusahaan Tercatat.
Saham merupakan salah satu produk pasar modal yang menjadi salah satu instrumen investasi untuk jangka panjang. Adapun satuan pembelian saham adalah satu lot yang berisi 100 lembar saham.
ADVERTISEMENT
Dengan kata lain, jika kita membeli saham sebuah perusahaan, maka kita menjadi bagian dari pemilik perusahaan tersebut.

Emas

Emas hingga saat ini masih menjadi komoditas yang diminati masyarakat, termasuk untuk berinvestasi. Investasinya pun beragam, mulai dari perhiasan, emas batangan, hingga yang terbaru adalah emas digital.
Keunggulan pertama dari investasi emas yang tidak dimiliki instrumen investasi adalah sifatnya yang mudah dicairkan dalam bentuk uang.
Para pemegang emas dapat mencairkannya ke dalam bentuk uang tunai dengan cara yang relatif mudah, waktu yang singkat, serta lebih fleksibel. Sehingga jika para pemegang emas butuh dana darurat sewaktu-waktu, emas dapat segera dicairkan.
Petugas memperlihatkan emas di Butik Emas Logam Mulia Antam (8/1). Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Harga emas berfluktuatif setiap harinya. Emas akan cenderung mengalami peningkatan harga ketika kondisi ekonomi dalam keadaan tidak stabil dan akan menurun jika ekonomi meningkat.
ADVERTISEMENT

Surat Utang

Instrumen investasi Surat Berharga Negara (SBN) memiliki beberapa jenis, mulai dari konvensional hingga syariah. Untuk yang konvensional contohnya Saving Bond Ritel (SBR) dan Obligasi Negara Ritel atau Obligasi Ritel Indonesia (ORI). Sedangkan untuk syariah mulai dari Sukuk Tabungan (ST) dan Sukuk Ritel (SR).
Dilansir dari berbagai sumber, investasi di surat utang negara merupakan investasi yang keamanannya sangat terjamin. Sebab, transaksi pembayarannya telah dijamin oleh Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002.
Selain keamanannya yang dijamin negara, berinvestasi di surat utang pemerintah juga akan mendapatkan imbal hasil atau kupon. Nilainya akan lebih tinggi dibandingkan bunga deposito perbankan.
Namun demikian, investasi surat utang memiliki kelemahan dibandingkan instrumen lainnya. Investasi di surat utang tidak bisa dicairkan setiap saat, apalagi ketika sedang membutuhkan dana darurat.
ADVERTISEMENT

Uang Kripto

Uang kripto menjadi investasi yang terus mengalami kenaikan sejak awal tahun 2021. Kenaikan itu tidak menutup kemungkinan membuat masyarakat mulai tertarik beralih investasi ke uang digital tersebut.
Indonesia telah mengatur regulasi jual beli aset kripto melalui kebijakan yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).
Namun volatilitas harga uang kripto sangat tinggi. Ini menjadi bahaya, sebab investor kesulitan dalam melakukan analisa yang tepat terhadap aset kripto. Hal ini juga memposisikan investor pada risiko kerugian yang tinggi.