HIPMI: Milenial Lebih Suka Jadi Karyawan Dibanding Pengusaha

12 Januari 2019 12:04 WIB
clock
Diperbarui 15 Maret 2019 3:49 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Berkomitmen dengan Model Bisnis yang Anda Jalani (Foto: Unsplash)
zoom-in-whitePerbesar
Berkomitmen dengan Model Bisnis yang Anda Jalani (Foto: Unsplash)
ADVERTISEMENT
Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) mencatat, jumlah entrepreneur Indonesia pada akhir 2018 mencapai 3,1 persen dari total jumlah penduduk. Jumlah itu meningkat cukup tinggi dibandingkan tahun 2014 akhir yang hanya 1,6 persen dari total jumlah penduduk.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum HIPMI Bahlil Lahadalia berpendapat, idealnya jumlah pengusaha di Indonesia adalah minimal 4 persen dari jumlah penduduk. Namun hal tersebut tidak mudah dicapai lantaran mayoritas lulusan perguruan tinggi atau milenial saat ini lebih bersemangat menjadi karyawan.
"Problem kita itu anak-anak millenial, mahasiswa atau yang sudah selesai kuliah, sebagian besar itu kencenderungan jadi karyawan lebih tinggi daripadai jadi entrepreneur," ujarnya kepada kumparan, Sabtu (1/12).
Bahlil Lahadalia Ketua Umum BPP HIPMI. (Foto: Novan Nurul Alam/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bahlil Lahadalia Ketua Umum BPP HIPMI. (Foto: Novan Nurul Alam/kumparan)
Menurut dia, alasan milenial enggan jadi pengusaha yakni karena ingin lebih bersantai. Sebab karyawan dianggap sebagai profesi yang mapan, berbeda dengan pengusaha yang banyak risiko. Padahal jika menjadi pengusaha, milenial dapat lebih santai dan memiliki pendapatan tak terbatas.
"Percaya deh. Jadi pengusaha itu enak, bisa bangun jam berapa aja. Enggak disuruh-suruh, punya pendapatan yang besar. Karyawan mana bisa begitu," tegas Bahlil.
ADVERTISEMENT
Dia pun membeberkan, jumlah millenial yang menjadi pengusaha saat ini mayoritas bergerak di sektor industri kreatif, misalnya seperti bisnis pakaian. Sebab menurut Bahlil, pemikiran milenial saat ini lebih kreatif, berbeda dengan pengusaha zaman dulu yang mengandalkan kerja keras.
HIPMI menarget mulai tahun ini terdapat 3,5 juta mahasiswa yang mau merintis usaha. Hal itu dilakukan untuk mengejar ketertinggalan jumlah pengusaha Indonesia dibanding Singapura yang mencapai 8 persen dari total penduduk, serta Malaysia dan Thailand yang mencapai 5 persen.
"Karena negara yang maju itu entrepreneurnya harus banyak. Kalau Amerika Serikat sudah double digit, China sudah double digit," katanya.