Hippindo Ungkap Pemicu Gerai Ritel Berguguran

27 Mei 2021 18:44 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga membeli kebutuhan pokok di gerai swalayan Giant di Bandung, Jawa Barat, Kamis (27/5/2021). Foto: Raisan Al Farisi/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Warga membeli kebutuhan pokok di gerai swalayan Giant di Bandung, Jawa Barat, Kamis (27/5/2021). Foto: Raisan Al Farisi/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Fenomena gulung tikar outlet ritel terus muncul seiring perjalanan panjang pandemi COVID-19. Sudah setahun pandemi COVID-19 membius sektor ritel secara global, termasuk di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Nama-nama ritel besar terpaksa menyerah di tengah himpitan krisis. Mulai dari Giant, Centro hingga Matahari Department Store menutup gerai lantaran sepinya pengunjung.
Menanggapi fenomena tersebut, Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah menilai salah satu penyebab gugurnya industri ritel lantaran perubahan kebiasaan berbelanja masyarakat.
Menurut pengamatannya, saat ini masyarakat cenderung memilih berbelanja ke lokasi yang lebih dekat.
"Mereka pilih yang cepet deket rumah. Sedangkan hypermart di desain orang nyari lama sudah takut itu," katanya kepada kumparan, Kamis (27/5).
Meski demikian, Budihardjo optimistis trend industri ritel masih tetap cerah mengingat konsep yang ditawarkan terus mengalami perkembangan.
"Sebenarnya ritel dari zaman dulu, kan dagang buka toko enggak akan hilang akan ada terus. Cuma memang caranya sekarang ada yang pakai online jasa titipan artinya prospek masih bagus," tuturnya.
Suasana di Centro Ambarrukmo Plaza Yogyakarta saat diserbu pembeli, padahal sudah tutup. Foto: Dok. Istimewa
Sementara itu, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Pieter Abdullah menjelaskan, ada dua hal yang membuat sektor ritel berguguran. Pertama yaitu pandemi COVID-19 yang membuat penurunan jumlah pengunjung.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, saat ini banyak alternatif lain untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Sehingga orang-orang memilih untuk berbelanja ke tempat yang lebih terjangkau. Selain itu, berkembang transformasi teknologi membuat kebiasaan orang berbelanja berubah.
"Dan yang lebih jelas lagi mereka bisa belanja online. Enggak ada hubungan sama daya (penurunan) beli, kalaupun (daya beli menurun) enggak sampai bikin bangkrut mereka. Itu cuma beralih mereka belanja ke Indomaret secara online," ujarnya.