Hotel di Yogya Banting Harga, Karyawan Dirumahkan

20 Maret 2020 21:06 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Kamar Hotel Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kamar Hotel Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dampak pandemi corona telah meluluhlantakkan dunia pariwisata di Indonesia. Hal itu pula berdampak pada hotel-hotel di Yogyakarta. Okupansi hotel terus turun dan sejumlah karyawan terpaksa harus dirumahkan.
ADVERTISEMENT
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Internasional (PHRI) DIY Deddy Pranowo Eryono mengakui kondisi saat ini teramat berat. Pantauan kumparan di sejumlah aplikasi pemesanan tiket pun harga hotel mulai turun.
"Turun drastis wae ora payu kok piye. Ora sah bayar wae ra ono. (Harga turun drastis saja tidak laku, gimana. Tidak usah bayar saja tidak ada tamunya)," kata Deddy dihubungi, Jumat (20/3).
Dari data PHRI terkini okupansi hotel non bintang terkini 0 persen sampai 20 persen. Sementara hotel berbintang okupansi 10 sampai 30 persen.
"Ini SOS mas. Sudah SOS jadi kita rapat dengan pak Wawali di sini membicarakan itu. Restoran pun turunnya sama. Tetap saja dengan banting harga belum menolong," kata dia.
Ilustrasi Tugu Yogyakarta. Foto: Faiz Zulfikar/kumparan
Saat disinggung bahwa banting harga ini membuat persaingan tidak sehat, Deddy mengakui. Namun hal ini adalah upaya yang harus dilakukan di saat kondisi tak menentu ini.
ADVERTISEMENT
"Kita PHRI gitu sudah menyampaikan teman-teman kita harus ada etika bisnis. Tapi situasi kondisi saat ini tidak menolong," kata dia.
Kondisi ini juga membuat sebagian karyawan dirumahkan. Deddy menjelaskan, karyawan tidak dipecat tapi dikurangi jam kerjanya.
"Untuk menghidupi karyawan kita sekarang ada yang dirumahkan. Mengatur jam kerja. Ini keputusan yang pahit dengan kondisi saat ini," katanya.
"Kita menghargai karyawan mereka keluarga tapi kita memberikan pengertian karyawan kondisi ini yang menghendaki bukan manajer atau owner tapi ini situasi yang mendunia," ujarnya.
Karyawan yang dirumahkan ini mayoritas karyawan hotel berbintang. Ini siasat lantaran hotel tidak ada pemasukan sama sekali.
"Karyawan gaji dipotong. Dia kan ndak kerja tapi kita tidak PHK. Mereka lebih baik begitu daripada PHK. Mereka menyadari kondisi saat ini," katanya.
ADVERTISEMENT
Deddy tidak bisa merinci gaji yang diterima satu karyawan dengan karyawan lain lantaran itu kebijakan masing-masing hotel. Yang jelas karyawan masuk tidak full satu bulan tetapi masuk 50 persen bergantian dengan yang lain.
Terkait kondisi ini dia berharap ada diskon tarif listrik, air, dan PBB dari pemerintah. Kondisi ini baru bisa pulih ketika virus corona mereda.
"Kita mau membayar tapi setelah corona selesai dan tamu berdatangan. Bangkit pelan-pelan. Ini tersengal-sengal. PLN, PDAM, PBB kita bayar tapi minta diskon dan waktunya PBB kan September tapi hitungannya masih tahun ini, ada kebijakan lain potongan jangan segitu. Pemasukan zero," pungkasnya.