IAF Ajang RI Raup Kesepakatan Bisnis Triliunan Rupiah di Afrika

12 April 2018 17:45 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
JK di Pembukaan IAF, Nusa Dua Bali (Foto: Dok. Setwapres)
zoom-in-whitePerbesar
JK di Pembukaan IAF, Nusa Dua Bali (Foto: Dok. Setwapres)
ADVERTISEMENT
Pada 10-11 April 2018 Bali menjadi tuan rumah Indonesia-Africa Forum (IAF) yang pertama. Forum selama dua hari ini menjadi sarana unjuk gigi bagi Indonesia.
ADVERTISEMENT
Bagaimana tidak, hari pertama IAF dibuka, tercatat sudah ada 10 persetujuan bisnis antara Indonesia dengan sejumlah negara di Afrika yang terjalin. Nilainya pun mencapai USD 586,56 juta atau setara kurang lebih Rp 8 triliun.
Belum cukup di situ saja, business announcement yang terjalin nilainya juga tak kalah besar yaitu USD 1,3 juta atau lebih dari Rp 17,8 miliar.
Retno Marsudi di Indonesia Africa Forum 2018. (Foto: iaf.kemlu.go.id)
zoom-in-whitePerbesar
Retno Marsudi di Indonesia Africa Forum 2018. (Foto: iaf.kemlu.go.id)
Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, menyatakan, IAF bukanlah suatu garis akhir, namun pembuka proses diperlebarnya investasi Indonesia di Afrika.
Disasarnya pasar Afrika, kata Retno, merupakan instruksi langsung dari Presiden Joko Widodo untuk membuka pasar non-tradisional. Afrika pun menjadi target karena benua ini pada 2017 pertumbuhan ekonominya mencapai angka 3,0 persen.
"Kita juga sepakat untuk mengintensifkan economic diplomacy antara lain melalui pembahasan lebih lanjut mengenai upaya mereduksi tarif dan non-tarif barrier, kemudian deepening diplomatic engagement dan increasing Indonesia partisipation in international exhibition held in Africa," ucap Retno, Rabu (12/4)
MoU PT Pelabuhan Indonesia II dan Djibouti Ports. (Foto: Andreas Gerry/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
MoU PT Pelabuhan Indonesia II dan Djibouti Ports. (Foto: Andreas Gerry/kumparan)
"Kita juga mengidentifikasi beberapa sektor yang penting, misalnya energi, infrastruktur, ekonomi digital dan inovasi, industri strategis dan di bidang pertanian," sambung dia.
ADVERTISEMENT
Memang saat IAF diselenggarakan Menteri Luar Negeri bersama Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita, begitu aktif melobi menteri, pejabat tinggi, atau pengusaha yang hadir.
Setiap harinya kurang lebih tiga sampai lima pertemuan bilateral diakukan oleh Menlu dan Mendag. Beberapa BUMN juga tak henti melakukan maraton pertemuan dengan koleganya dari Afrika.
Hasilnya, pertemuan sejumlah BUMN tak sia-sia. PT WIKA mendapat proyek pengerjaan istana kepresidenan di Niger, PT Pelabuhan Indonesia II mencapai kesepakatan mengelola salah satu pelabuhan di Djibouti, dan Ethiopian Airlines akhirnya setuju membuka penerbangan pertama langsung dari Addis Ababa menuju Jakarta.
Seakan tak mau menurunkan kecepatannya, tahun depan IAF akan digelar kembali dengan wajah berbeda, yaitu Indonesia-Africa Forum on Infrastructure yang memang khusus digelar untuk membicarakan bantuan dan kerja sama pembangunan infrastruktur oleh Indonesia kepada Afrika.
ADVERTISEMENT
Di IAF RI terlihat jor-joran membantu Afrika, tapi hal tersebut bukan berarti dapat diartikan Indonesia mempunyai niat untuk menancapkan pengaruhnya di Afrika.
Direktur Afrika Kemlu Daniel Tumpal Simanjuntak. (Foto: Andreas Gerry/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Afrika Kemlu Daniel Tumpal Simanjuntak. (Foto: Andreas Gerry/kumparan)
Hal tersebut diungkap oleh Direktur Afrika Kemlu, Daniel Tumpal Simanjuntak. Dia melihat, Indonesia sebenarnya sangat membutuhkan Afrika. Pasalnya, ada sejumlah kebutuhan dalam negeri yang bisa dipenuhi oleh negara atau perusahaan asal Afrika.
"Kita ini partnership bukan taruh pengaruh, temanya kan kebersamaan, win-win, karena maksudnya win-win kita butuh impor dari Afrika, kata pak Wapres kita butuh migas," sebut Tumpal.
"Afrika kita butuh untuk ketahanan energi kita, kita butuh mereka," pungkas dia.