Ibu-ibu Harus Tahu! Tak Semua Minyak Goreng Cocok untuk Olahan Berbagai Makanan

29 Oktober 2022 12:54 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sania Royale Soy Oil, minyak goreng berbahan kedelai  Foto: Dok.Sania Royale
zoom-in-whitePerbesar
Sania Royale Soy Oil, minyak goreng berbahan kedelai Foto: Dok.Sania Royale
ADVERTISEMENT
Minyak goreng yang beredar di pasaran memiliki merek dagang dan harga yang berbeda. Bahkan, untuk produk keluaran dari satu perusahaan seperti Wilmar harganya bisa berbeda.
ADVERTISEMENT
Ternyata, perbedaan harga tersebut dikarenakan proses pengelolaan yang berbeda. Minyak goreng yang dihasilkan untuk setiap mereknya ternyata juga mempunyai keperuntukkan masing-masing.
Business Unit Head PT Multimas Nabati Asahan Serang, Wilmar Goup, Tenang Sembiring menjelaskan minyak goreng yang diproduksi Wilmar seperti Sovia, Sania, dan Fortune ternyata diproduksi khusus untuk memasak bahan-bahan yang berbeda.
Kawasan Industri Terpadu (KITW) Wilmar di Serang, Banten. Foto: Akbar Maulana/kumparan
"Sovia itu enaknya dibikin goreng pisang goreng yang full goreng, minyak panas. Fortune untuk ikan-ikan, Sania itu untuk yang menggoreng tidak terlalu panas," kata Tenang pada media tour di Kawasan Industri Terpadu Wilmar di Serang, Banten, Jumat (28/10).
Ketiga jenis minyak goreng tersebut diproses dengan teknologi yang sama, namun berbeda dalam perlakuan pengolahan dan lama pemprosesan. Hal ini lah yang membuat harga minyak goreng tersebut berbeda.
ADVERTISEMENT
Dikuti dari Marketplace Shopee, harga minyak goreng Sovia kemasan 2 liter di Jakarta Barat Rp 30.00, Fortune kemasan 2 liter Rp 33.000, sedangkan Sania kemasan 2 liter dibanderol Rp 32.500.
"Ada yang namanya tingkatan Iodine value atau nilai ketitikjenuhan. Jadi waktu prosesnya beda, Sovia 11 jam, Fortune 12 jam, Sania 14 jam. Makannya harganya berbeda," jelas Terang.
Pasokan minyak goreng di Robinson Supermarket, Rabu (4/5). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
Pabrik minyak goreng WIlmar di Kawasan Industri Terpadu Wilmar di Serang, Banten ini bisa memproduksi minyak goreng hingga 900 ton per hari, dari 1.500 Refiner Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) yang diolah.
Produk sampingan dari pengolahan minyak goreng ini berupa RBD stearin yang dapat diolah lagi menjadi sabun, losien, shortening, hingga mentega. Sebagia produk sampingan tersebut juga diekspor, dan sebagian dijual dalam negeri atau diolah sendiri melalui pabrik wilmar lainnya, seperti sabun di pabrik Wilmar Gresik Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
Adapun pengemasan minyak goreng di pabrik Wilmar ini sepenuhnya dilakukan melalui robot untuk meminimalisir kontaminan.
"Kenapa kita langsung kemas, seperti minyak goreng, ini betul-betul higienis, dari sini pakai pipa langsung ke pabrik kemasan kita. Kita bennar-benar mau mendukung higienitas dan kesehatan masyarkat Indonesia," pungkasnya.