IHSG Anjlok 2,05 Persen di Akhir Pekan, Ini Sentimen Negatifnya

20 September 2024 17:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Karyawan melintas di dekat layar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. Foto: ANTARA FOTO/Reno Esnir
zoom-in-whitePerbesar
Karyawan melintas di dekat layar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. Foto: ANTARA FOTO/Reno Esnir
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 2,054 persen ke level 7.743 pada perdagangan hari ini, Jumat (20/9). Analis berpendapat pelemahan ini masih disebabkan oleh sentimen yang beragam.
ADVERTISEMENT
Analis Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji menilai, salah satu penyebabnya bisa karena sentimen psikologis, investor menjadikan akhir pekan sebagai ajang penjualan aset atau profit taking.
“Sebenarnya sentimentnya beragam ya kalau menurut saya misalnya, terdapat beberapa faktor yang saya akui ya, misalnya begini, ini kalau secara psikologis, kita ngomongin hari Jumat ya. Tentunya aksi profit taking terjadi ya karena ini hari Jumat gitu kan ini merupakan suatu hal yang wajar ya,” kata Nafan kepada kumparan, Jumat (20/9).
Dari domestik, Aji berpendapat sentimen yang ada cukup minim untuk bisa menggerakkan IHSG hari ini.
“Kemudian di sisi lain, misalnya kalau dari sentimen domestik minim ya, kalau menurut saya minimnya sentimen atau katalis positif dari domestik yang bisa menggerakkan IHSG khususnya pada hari ini ya. Karena untuk data makroekonomi domestik yang dirilis pada Jumat ini ya yang memberikan high market impact itu tidak ada seperti itu,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Dari eksternal, Aji berpendapat ada beberapa pengaruh seperti pengaturan suku bunga acuan dari Bank of Japan yang masih ada di level yang sama.
“Kemudian kalau dari global ya kalau dari global ya kalau saya cermati ya yang menjadi high market impact itu kalau di kawasan Asia ya Bank of Japan, penetapan suku bunga acuan yang masih di-maintain di level yang sama,” kata Aji.
Aji bilang, jika dikaitkan dengan dinamika pertumbuhan ekonomi Tiongkok, pertumbuhan ekonomi di sana masih melambat.
“Tiongkok ini kan masih masih melambat ya kinerja perekonomiannya ya,” terang Aji.
Selain itu kebijakan penurunan suku bunga oleh The Fed juga memiliki pengaruh. Apalagi penurunan suku bunga yang dilakukan kemarin cukup agresif yaitu 50 bps.
ADVERTISEMENT
“Kemudian berikutnya ada terkait dengan The Fed Dynamics ya tentunya dengan Kebijakan The Fed Untuk menurunkan suku bunga secara agresif maka dari itu nanti kan implikasinya adalah Soaring Inflation ya Soaring Inflation,” pungkasnya.
Secara teknikal, Analis Phintraco Sekuritas menyebut terdapat death cross pada Stochastic RSI di overbought area serta terbentuk pola Bearish Engulfing yang mengindikasikan bearish reversal.