IHSG Diproyeksi Menguat, Investor dan Pasar Tunggu Langkah Pertama Presiden Baru

21 Oktober 2024 7:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas kebersihan melintas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Foto: Puspa Perwitasari/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Petugas kebersihan melintas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Foto: Puspa Perwitasari/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi akan menguat pada perdagangan saham hari ini, Senin (21/10). IHSG ditutup naik 25,021 poin (0,32 persen) ke posisi 7.760,060 pada Jumat (18/10).
ADVERTISEMENT
Analis MNC Sekuritas melihat posisi IHSG saat ini sedang berada pada bagian dari wave (iii) dari wave [iii] pada skenario hitam, atau wave [iii] dari wave 5 pada skenario merah.
“Hal tersebut berarti, IHSG berpeluang melanjutkan penguatannya untuk menguji 7,810-7,910,” tulis analis MNC Sekuritas dalam risetnya Senin (21/10).
Rekomendasi saham meliputi AMRT, ASRI, BBCA, dan PTPP untuk diperhatikan sepanjang perdagangan saham hari ini, Senin (21/10).
Director PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk, Reza Priyambada juga memperkirakan IHSG akan menguat pada perdagangan saham hari ini, Senin (21/10). Sebab IHSG masih ada dalam euforia pemimpin baru Indonesia usai dilantik Minggu (20/10).
Reza melihat pasar menaruh harapan banyak terhadap kinerja Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
ADVERTISEMENT
“Apalagi dengan maraknya pemberitaan terkait dengan nama-nama yang masuk dalam kabinet pemerintahan sehingga transisi pemerintahan dapat berjalan dengan smooth. Untuk IHSG diperkirakan support 7675-7700 resisten 7756-7789,” kata Reza kepada kumparan, Minggu (20/10).
Kemudian untuk prospek saham-saham di era presiden yang baru, Reza mengatakan harus dilihat lagi dari sisi sentimen yang ada dan sedang berlangsung. Kinerja IHSG, indeks obligasi, maupun pergerakan instrumen keuangan lainnya selama 10 tahun terakhir.
Hal ini menurut dia tidak hanya dari sisi kebijakan pemerintahan saja, namun juga dipengaruhi dari sentimen maupun sektor lainnya.
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas, Jakarta, Senin (6/9). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
“Nantinya pun juga akan sama di mana 5 tahun ke depan di Bawah PraGib juga akan banyak faktor yang mempengaruhi. Namun demikian, di awal pemerintahan bisa saja pelaku pasar masih ter-euforia sehingga kondisi dari market bisa cenderung positif,” terang Reza.
ADVERTISEMENT
Kemudian sisi pasar modal, yang diharapkan dengan adanya pemimpin baru ini maka peningkatan literasi keuangan kepada seluruh masyarakat dapat kian meningkat.
Selain itu, meski dalam sentimen positif, Reza bilang, hal ini hanya sesaat. Sebab pelaku pasar akan melihat terlebih dahulu realisasi kebijakan yang diteken pemerintahan baru. “Sehingga nantinya kita dapat melihat kira-kira sektor mana yang akan terpengaruh secara riil,” terangnya.
Selanjutnya untuk program quick win dalam 100 hari pertama pemerintahan nantinya bisa memilih mana yang bisa langsung terealisasi dan bisa langsung diterapkan di lapangan.
Reza mengumpamakan pemerintah akan mulai menggarap program penghapusan pajak properti. Menurut dia, program ini tidak bisa diselesaikan secara instan dan cepat.
Dalam 100 hari pertama, Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan bisa melakukan perhitungan maupun simulasi berapa potensi pajak yang turun dari penghapusan tersebut.
ADVERTISEMENT
Hanya saja, jika hal ini direalisasikan, maka saham-saham properti dan turunannya bisa saja terdampak, seperti, BSDE, SMRA, CTRA, KPIG, ARNA, PTPP, CSAP.
“Atau misal, program pangan gratis, ini juga kan tidak bisa hari itu juga terlaksana, perlu koordinasi antar pihak sehingga dalam pelaksanaannya nanti tidak menimbulkan salah sasaran,” terang Reza.
Selain itu, belum ada kejelasan dari pemerintah apakah akan ada keterlibatan emiten terkait dalam program ini atau tidak.
“Kalau melibatkan emiten, maka bisa saja ICBP, BEEF, CMRY, JPFA, CPIN, HOKI akan terpengaruh. Akan tetapi, jika ternyata vendor penyedia bahan-bahan pangan tersebut bukan dari emiten maka ya tentunya tidak ada emiten yang terpengaruh kan. Begitupun dengan sektor lainnya,” tutup Reza.