news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

IHSG Melesu, Investor Saham Lari ke Uang Kripto, Benarkah?

16 April 2021 14:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Uang virtual Foto: REUTERS/DADO RUVIC
zoom-in-whitePerbesar
Uang virtual Foto: REUTERS/DADO RUVIC
ADVERTISEMENT
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau kurang bertenaga dalam empat pekan terakhir. Pada perdagangan Jumat (16/4), IHSG dibuka di level 6.102,37. Berdasarkan data RTI, dalam sebulan belakangan IHSG sudah terkoreksi minus 4,33 persen.
ADVERTISEMENT
Di saat bersamaan, uang kripto di Indonesia justru tengah naik daun dan makin cemerlang. Berbeda dengan IHSG yang naik turun, Bitcoin dan kawan-kawan justru membuktikan eksistensinya dengan terus melejit.
Kondisi ini membuat banyak pihak berspekulasi bahwa para investor sedang melakukan eksodus dari pasar saham ke uang kripto.
Salah satu bursa aset digital, Zipmex Indonesia tidak menampik bahwa investasi mata uang virtual memang sedang melejit dan ada di masa keemasannya saat ini. Growth Manager Zipmex Indonesia Fanie Fikri mengatakan tren tersebut terlihat dari jumlah investor kripto yang terus bertambah.
“Tren investasi kripto di Indonesia meningkat pesat. Mengacu pada jumlah investor kripto Indonesia terjadi kenaikan sekitar 30 persen pada Maret 2020 sampai April 2021,” ujar Fanie kepada kumparan, Jumat (16/4).
ADVERTISEMENT
Sedangkan jika dilihat dari 2015 sampai akhir 2020 lalu, kenaikan jumlah trader kripto di Indonesia mencapai 2.263 persen. Tahun 2020, jumlah trader di Indonesia tercatat sekitar 1,5 juta orang. Ini artinya semakin banyak orang Indonesia yang tertarik dengan investasi kripto. Jumlah investor yang kian bertambah ini otomatis juga mengerek nilai transaksi kripto di Indonesia.
“Jumlah transaksi kripto sendiri sepanjang 2020 mencapai Rp 22.671 triliun,” ujarnya.
Ilustrasi Bitcoin. Foto: Pixabay
Hal yang sama menurut Fanie juga terjadi di Zipmex Indonesia. Menurutnya jumlah investor kripto di platform tersebut juga mengalami lonjakan yang sangat signifikan. Adapun Zipmex mulai beroperasi masuk ke Indonesia pada tahun 2019. Namun hingga kuartal 1 2021, pertumbuhan jumlah investor sangat fantastis.
“Berdasarkan data dari akhir tahun 2019 dengan kuartal I 2021 jumlah pengguna kita sudah meningkat lebih dari 1.000 persen. Peningkatan active user kita sendiri tiap bulannya meningkat hampir dua kali lipat di kuartal I 2021,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Fanie mengatakan hingga saat ini nilai kapitalisasi pasar aset kripto di Indonesia belum diketahui jumlahnya. Nilai kapitalisasi pasar aset kripto tidak bisa dihitung per negara. Nilai tersebut hanya bisa dihitung secara worldwide, sebab transaksi aset kripto itu tidak terbatas oleh geografis dan juga waktu.
“Siapa saja bisa melakukan transaksi jual beli aset kripto, di mana pun mereka mau, asalkan punya akun dan wallet. Untuk kapitalisasi aset kripto sendiri secara global sudah melampaui USD 2 triliun,” ujarnya.
Adapun menurut Fanie, tren investasi mata uang virtual saat ini terjadi cukup merata. Artinya bukan hanya Bitcoin saja yang jadi unggulan. Menurut Fanie di Zipmex sendiri ada lima aset kripto yang mempunyai jumlah transaksi terbanyak yaitu ETH (Ethereum), ZMT (Zipmex Token), USDT (Tether), ENJ (Enjin), dan XRP (Ripple).
ADVERTISEMENT
Adapun ZMT (Zipmex Token) merupakan token dari Zipmex yang kini juga menjadi produk unggulan. ZMT merupakan token ERC20 yang dibangun di atas blockchain Ethereum (ETH). ZMT termasuk token utilitas yang diciptakan untuk meningkatkan dan mempromosikan ekosistem Zipmex dengan total suplai sebanyak 200 juta.
Sebuah toko di AS terima metode bayar Bitcoin. Foto: REUTERS/Lucy Nicholson
Fanie merinci, token ini diluncurkan pada 17 Desember 2020 dengan harga 0,15 dolar AS atau sekitar Rp 2 ribuan. “Tapi kini ZMT sudah mencapai harga Rp 80.051 per token,” ujarnya.
Kenaikan transaksi mata uang virtual juga diamini oleh CEO INDODAX Oscar Darmawan. Meski demikian Oscar membantah soal spekulasi bahwa transaksi saham saat ini melemah akibat naiknya transaksi kripto. Menurutnya, hal itu tidak benar karena volume dan transaksi kripto memang sedang naik di seluruh dunia sehingga harganya cenderung menguat.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Oscar menegaskan bahwa tipe trader kripto berbeda dengan trader saham. “Trader kripto lebih high risk and high gain. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan soal fenomena ini,” sebutnya.
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengaku merasa khawatir apabila para investor berpaling ke aset kripto. Direktur Perdagangan dan Anggota Bursa BEI Laksono Widodo mengatakan pihaknya mulai was-was investor akan hengkang dari pasar modal.
“Secara pribadi ada sedikit kekhawatiran dari saya terkait hal ini. Walau saya belum tahu secara pasti seberapa besar penetrasi bitcoin di Indonesia,” ujar Laksono kepada kumparan, Selasa (13/4).
Meski demikian menurut Laksono, secara resmi pihak BEI belum memiliki pandangan terkait fenomena ini. Sebab menurut Laksono secara regulasi, bitcoin belum dianggap sebagai instrumen finansial yang diakui oleh Bank Indonesia untuk dapat digunakan sebagai alat pembayaran atau sarana transaksi.
ADVERTISEMENT